Rabu 01 Aug 2012 21:11 WIB

Presiden: Saya tidak Senang Ada Berita Keracunan Anak Sekolah

 Presiden SBY melakukan rapat koordinasi di Gedung Adhyatama, kompleks Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (1/8).
Foto: Haji Abror Rizki/Rumgapres
Presiden SBY melakukan rapat koordinasi di Gedung Adhyatama, kompleks Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) aktif mencegah peredaran pangan dan jajanan anak yang berbahaya, karena mengandung bahan-bahan yang seharusnya tidak ada dalam makanan seperti pewarna tekstil atau boraks.

"Ini sebetulnya harus ada kerjasama antara orang tua dan sekolah untuk memberikan anak-anak pengertian dan mereka juga diajari untuk mengenali pangan dan jajanan yang sehat dan tidak sehat," kata Presiden usai rapat koordinasi upaya peningkatan pembangunan di bidang kesehatan dengan jajaran Kementerian Kesra di Jakarta, Rabu (1/8).

Anak-anak seringkali menjadi korban dari pangan dan jajanan berbahaya karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengenali makanan yang berkualitas. Sehingga Presiden meminta anak sekolah diberikan pengetahuan yang cukup.

“Saya tidak senang kalau mendengar berita, menerima SMS, membaca koran, ada kasus-kasus keracunan anak sekolah kita. Tolong itu diberantas dan dicegah sebaik mungkin," kata Presiden.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam penelitiannya mengenai keamanan dan kualitas pangan dan jajanan di sekitar Sekolah Dasar pada 2008 sampai 2010 menemukan sekitar 48 persen jajanan mengandung bahan-bahan berbahaya.

Beberapa zat berbahaya yang ditemui dalam pangan jajanan anak-anak adalah pengawet seperti formalin dan boraks maupun pewarna seperti metanil yelow dan rhodamin B.

Selain dapat merusak ginjal dan mengganggu tumbuh kembang anak, apabila zat-zat aditif itu terus dikonsumsi anak, dapat mengacaukan proses pembentukan sel darah dan dapat menimbulkan penyakit kanker di kemudian hari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement