REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai tindak kekerasan atau "bullying" di sekolah dalam masa orientasi sebagai suatu sikap yang telah keluar dari nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan pendidikan.
"Itu keluar dari nilai kemanusiaan, keluar dari tujuan pendidikan. Dalam arti yang luas saya ingin memberikan perhatian agar masa orientasi itu berjalan dengan baik tanpa kekerasan," kata Presiden seusai memimpin rapat koordinasi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Selasa (31/7).
Hal itu disampaikan Presiden menjawab pertanyaan mengenai munculnya aksi kekerasan dalam masa orientasi sekolah. Presiden menegaskan bahwa budaya kekerasan harus dihentikan. Menurut dia, bahkan di lingkungan Akademi Militer dan kepolisian pun tindak kekerasan telah dihilangkan.
Oleh karena itu Kepala Negara meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta para pendidik di seluruh Indonesia memastikan betul agar masa orientasi terjadi tanpa tindak kekerasan, baik horizontal antarsiswa atau vertikal antara siswa dengan guru.
"Tentunya sistem yang baik tidak dilepas pada senior semata namun guru juga ikut memastikan agar masa orientasi itu sesuai tujuan dan sasarannya, mengenal sekolah itu baik secara fisik maupun nonfisik," katanya.
Beberapa waktu terakhir tindak kekerasan di masa orientasi siswa kembali menjadi sorotan setelah petugas Polres Metro Jakarta Selatan mendapatkan laporan dugaan aksi kekerasan atau "bullying" yang dialami siswa kelas 1 SMA Don Bosco Pondok Indah Jakarta. Salah seorang korban berinisial A diduga mengalami memar dan luka bakar terkena puntung rokok yang sengaja dibakar oleh kakak kelasnya.