Ahad 29 Jul 2012 12:38 WIB

50 Persen Lahan Kopi di Jabar Belum Digarap Optimal

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
 Buruh tani memanen kopi di perkebunan milik PTPN IX, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.  (Aditya Pradana Putra/Republika)
Buruh tani memanen kopi di perkebunan milik PTPN IX, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Provinsi Jabar, cukup potensial menghasilkan komoditas kopi. Namun, saat ini lahan perkebunan kopi belum digarap secara optimal. Dari sekitar 62 ribu haktare lahan perkebunan yang ada, hingga saat ini yang digunakan hanya sekitar 25 ribu hingga 30 ribu hektare atau sekitar 50 persennya.

"Kami akan terus mendorong perkembangan kopi di Jabar," ujar Kepala Dinas Perkebunan Jabar, Slamet Ginanjar kepada wartawan di sela-sela pemberian penghargaan dari  Internasional Open Barrista Challenge) dan Roaster (pengolah) Kopi, Morning Glory kepada 5 petani dan pengolah kopi di wilayah Jabar, Sabtu (28/7) malam.‬‬

Slamet menjelaskan, bentuk dukungan Dinas Perkebunan Jabar agar lahan perkebunan bisa dioptimalkan yakni dengan peningkatan anggaran, memberikan bimbingan ke sejumlah petani dan lain-lain.

Slamet mengatakan, Ia sangat mengapresiasi pemberian penghargaan pada petani dan pengolah kopi di Jabar. ‪‪Karena, dengan adanya penghargaan ini bisa merangsang para petani dan pengolah kopi di Jabar untuk terus berkembang.

Selain itu, kata dia, petani pun bisa melakukan berbagai langkah untuk penanaman dan pengolahan kopi sesuai dengan prosedur internasional.‬‬ Apalagi, kopi asal Jabar memiliki cita rasa yang khas.‬‬

"Kalau banyak petani termasuk pengusaha yang 'melek' terhadap penanaman dan pengolahan kopi sesuai standar internasional, saya yakin bisa memaksimalkan komoditas kopi di Jabar,'' papar Slamet.‬‬ ‪‪

Menurut pemilik Morning Glory yang memberikan penghargaan kepada petani Jabar, Nathanael Charis, Internasional Open Barrista Challenge) dan Roaster (pengolah) Kopi, Morning Glory memberikan penghargaan kepada lima petani dan pengolah kopi di wilayah Jabar.

Kelima orang yang mengalahkan ratusan kelompok tani di 14 gunung di Jabar tersebut adalah Asep Agung (Cibeber, Cianjur), Asep Rahmat (Cibiana, Cikalongwetan, Kab. Bandung) keduanya pengolah kopi. Selain itu petani lain yang memperoleh penghargaan adalah, Dedih (petani di Kab. Bandung), Kelompok tani Cakra, (Ganjaresik Sumedang), dan Alexader (Community Depelopment).‬‬ ‪‪

Nathanael menjelaskan, penghargaan ini diberikan sebagai upaya untuk memberdayakan para petani dan pengolah kopi di Jabar. Mereka memperoleh penghargaan, karena sudah melaksakan pengolahan dan menanam kopi sesuai dengan standar internasional.‬‬ ‪‪

Sejak 2008, kata dia, Morning Glory sudah bekerja sama dengan Dinas Perkebunan Jabar untuk memberikan 'pencerahan' kepada petani kopi. Yakni, bagaimana cara menanam dan mengolah kopi yang baik sesuai dengan standar internasional. "Petani mengolah kopu sesuai dengan prosedur yang kami berikan," kata Nathanael.

 

‪‪Sejak kerja sama dijalin, lanjut dia, pada 2010 Jabar sempat mengekspor kopi ke Australia. Namun 2011, tidak lagi mengekspor karena sempat gagal panen akibat musim hujan yang berkepanjangan.

Diharapkan, kata dia, dengan adanya penghargaan ini bisa memicu perkembangan kopi di Jabar. Sehingga, bisa menyejahterakan semua petani kopi.‬‬ ‪‪"Kopi Jabar dengan trademark Java Preanger sudah terkenal di Dunia,'' imbuhnya.

Bahkan, kata dia,  rasa kopi dari Jabar memiliki cita rasa yang berbeda yang lebih enak dibanding dengan daerah lain di dunia. Ini, menjadikan kopi Jabar sangat berpotensi untuk bisa berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement