Jumat 27 Jul 2012 17:05 WIB

Pengangguran di Aceh Naik Tajam

Rep: Muhammad Subarkah/ Red: Heri Ruslan
Nelayan tengah bekerja di Banda Aceh. (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Nelayan tengah bekerja di Banda Aceh. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  ACEH TAMIANG –- Berbeda dengan klaim pemerintah bahwa angka pengangguran kini terus menurun, ternyata jumlah angka di Nanggroe Aceh Darussalam meningkat cukup tajam.

Jumlah penganggur di wilayah itu pada Februari 2012 sebanyak 164,4 ribu orang. Jumlah ini mengalami peningkatan sekitar 15,4 ribu orang dibandingkan dengan data pada Agustus 2011.

Data resmi Statistik NAD menunjukkan bahwa pada Februari 2012 jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh mencapai 2 juta orang atau naik 86,7 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja pada Agustus 2011.  Penduduk yang bekerja pada Februari 2012 adalah sebanyak 1,9 juta atau bertambah sekitar 71,3 ribu orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011.

‘'Maka saya optimistis problem pengangguran bisa berkurang dan kesejahteraan warga akan meningkatkan seiring dengan program penempatan TKI dari berbagai wilayah di Aceh. Antusias masyarakat di sini untuk bekerja di luar negeri memang terlihat jelas masih tinggi,’’ kata Ketua BN2TKI, Moh Jumhur Hidayat, ketika berbicara di depan para pejabat, tokoh masyarakat, dan para mantan TKI, di Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam, Jumat (27/7).

Melalui data itu, menurut Jumhur, juga diketahui bahwa para TKI asal Aceh memilih Malaysia sebagai negeri tujuan bekerja. Sejak 2008 jumlah penempatan ke Malaysia sebanyak 473 orang (91 persen) dari total penempatan TKI Provinsi NAD 2008. Tahun 2009 sejumlah 640 orang (92 persen).  Pada 2010 sejumlah 991 orang atau 96 persen  dan pada  2011 sejumlah 622 orang (42 persen). Sementara padaa 2012 sampai Mei penempatan ke Malaysia sebanyak 148 orang (46 persen).

Setelah Malaysia, penempatan terbesar berikutnya TKI asal Aceh adalah Saudi Arabia. Namun demikian secara total jumlah ini relatif kecil. Pada Mei 2012 hanya terdapat sejumlah 5,21 persen, Qatar 3,64 persen Singapura 2,29 persen, UEA 2,21 persen dan negara-negara lain 1 persen.

‘’Melihat situasi ini memang masih terlihat sosialisasi peluang kerja di luar negeri masih kurang. Publik Aceh cenderung hanya tahu bekerja di luar negeri hanyalah di Malaysia. Padahal di negara lain peluang itu terbuka lebar. Arab Saudi dan Qatar sampai kini tetap butuh ribuan orang pekerja formal, seperti teknisi AC, perminyakan, dan lainnya. Belum lagi Korea Selatan dan Jepang. Mereka butuh ribuan tenaga kerja, terutama tenaga perawat,’’ katanya.

Namun, kata dia, di Aceh ada sebuah hal  yang patut disyukuri. Pemerintah daerah setempat melalui Keputusan Gubernur NAD telah lama melarang pengiriman  TKI asal Aceh untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri. Akibatnya, kasus kekerasan terhadap TKI perempuan yang berasal dari Aceh hampir-hampir tidak ada.

’’Kalaupun ada kabar TKI perempuan asal Aceh dianiaya, maka itu biasanya TKI illegal. Saya  bersyukur atas keputusan berani dari gubernur Aceh ini,’’ tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement