Jumat 27 Jul 2012 15:37 WIB

Presiden SBY Mengaku Infrastruktur Masih Lemah

Presiden SBY
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui bahwa infrastruktur di dalam negeri masih minim sehingga pemerintah perlu mengajak investor untuk bekerja sama membangun prasarana tersebut.

"Saya akui, infrastruktur di dalam negeri masih minim. Pemerintah mengajak investor untuk bekerja sama membangun infrastruktur dan dibutuhkan join teknologi dan pengembangan pusat penelitian serta pengembangan bagi sektor industri manufaktur," kata Presiden Yudhoyono pada acara sidang kabinet terbatas di Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Jakarta, Jumat (27/7).

Selama ini, menurut Presiden, investor masih mengeluhkan masalah minimnya infrastruktur yang mendukung sektor industri. Dalam sidang kabinet terbatas di Kemenperin, Kepala Negara juga memandang perlu insentif fiskal untuk menarik investasi ke Indonesia.

"Butuh insentif yang bagus agar investor mau menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan investasi khususnya di bidang infrastruktur merupakan kunci utama dalam menghadapi AEC 2015," katanya menandaskan.

Pada kesempatan itu, Presiden meminta dunia usaha dan pemerintah untuk bersinergi dalam menyambut Asean Economic Community (AEC) pada 2015 dengan meningkatkan daya saing industri.

"Tiga tahun lagi Indonesia memasuki AEC dan semua negara anggota ASEAN harus siap untuk mengikuti tantangan perekonomian dengan kerja sama antara dunia usaha serta pemerintah," kata Presiden.

Oleh karena itu, kata Presiden, perlu pembangunan infrastruktur yang memadai agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara ASEAN lainnya, di samping peningkatan investasi di daerah agar daya saing industri dalam negeri semakin tinggi dalam menghadapi AEC.

"Perlu edukasi agar kerja sama daerah dapat meningkat agar investasi di daerah bagus. Selain itu, pemerintah daerah diharapkan mempercepat masalah perizinan dan mencarikan lahan untuk pengembangan industri manufaktur," paparnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement