Jumat 27 Jul 2012 10:13 WIB

Masalah Klasik Tol Jatibening

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Dewi Mardiani
Aksi warga yang marah atas penutupan akses turun-naik penumpang di Tol Jatibening, Jumat (27/7).
Foto: dokumen pribadi
Aksi warga yang marah atas penutupan akses turun-naik penumpang di Tol Jatibening, Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Masalah akses Tol Jatibening merupakan hal klasik yang selalu bergejolak. Sudah lebih dari 17 tahun masyarakat terbiasa turun-naik angkutan umum pada jalur tersebut

Kombespolresta Bekasi, Priyo Widiyanto, mengatakan masyarakat sudah terlalu bergantung dengan akses tersebut. Akibatnya, bukan hanya merugikan penumpang, melainkan juga para pedagang, tukang ojek, dan semua warga yang mencari nafkah ditempat ini. "Karena itu kita tidak sependapat jalan ini langsung ditutup," kata Priyo, Jumat (27/7).

Pihak kepolisian sering kali mengadakan rapat dengan Jasa Marga dan masyarakat mengenai jalur tersebut. Menurut Priyo, kalau memang harus ditutup harus ada solusi jalur alternatif untuk warga.

Priyo juga menjelaskan kalau aksi warga biasanya selalu bisa ditangani dengan negosiasi dan surat perjanjian. Namun pihaknya sama sekali tidak menyangka kalau tindakan Jasa Marga pagi tadi, tanpa ada sosialisasi sebelumnya. Hal tersebutlah yang menuai aksi besar warga kali ini.

Aksi ini dianggap sebagai puncak kemarahan masyarakat karena Jasa Marga sering kali mengambil kebijakan sendiri untuk menutup akses tol tersebut. "Semalam penutupan dilakukan, dan Jasa Marga membayar orang yang membawa benda tajam mengamankan penutupan tersebut," kata Masran, kordinator aksi warga hari ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement