Rabu 25 Jul 2012 20:19 WIB

Harga Kedelai Meroket, Tahu-Tempe Pun Dibuat Lebih Kecil

Rep: Muhammad Ghufron/ Red: Djibril Muhammad
Tahu tempe yang menggunakan kedele impor dari Amerika Serikat
Foto: Blogspot
Tahu tempe yang menggunakan kedele impor dari Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, PADALARANG - Untuk menyiasati lonjakan harga, produsen panganan berbahan dasar kedelai diimbau kurangi bentuk dan ukuran. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ongkos produksi, namun tetap menarik minat konsumen.

Ketua Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bandung Barat, Nasep Soleh Muslim mengatakan bakal melakukan sosialisasi tersebut di wilayahnya. Sebab, agar usaha panganan tersebut tetap berkesinambungan, meski harga kedelai terus melonjak beberapa pekan belakangan. "Langkah efektif," kata dia, Rabu (25/7).

Akan tetapi, lanjut dia, bukan berarti KOPTI Bandung Barat bakal membiarkan kondisi harga kedelai yang terus meroket. Jika diperlukan, perwakilan koperasi di Padalarang itu akan melakukan unjuk rasa menuntut pemerintah pusat menurunkan harga jual kedelai. Sejauh ini, belum ada perwakilan dari produsen panganan tersebut yang melaporkan hal tersebut.

Nasep mengatakan, upaya itu sebagai bentuk solidaritas sesama produsen panganan berbahan baku kedelai, seperti tahu dan tempe.

Langkah ini sebelumnya telah dilakukan beberapa tahun silam, terkait kenaikan bahan baku serupa. Menurut dia, pemerintah pusat seperti tidak mampu mengatasi persoalan tersebut. "Kalau demo lagi ke pusat, kami siap mengutus perwakilan," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan kenaikan harga kedelai saat ini sangat berpengaruh dengan produksi panganan berjenis tahu tempe. Sementara pemerintah tidak lagi memberikan subsidi untuk bahan baku tersebut.

Ketika kenaikan harga kedelai beberapa tahun lalu, kata Nasep, beban produksi bisa sedikit berkurang karena mendapat subsidi dari pemerintah. Namun sekarang setelah importir dipegang pihak swasta, subsidi tidak lagi diberlakukan.

Nasep menyebutkan, jumlah produsen panganan tahu dan tempe di wilayah Kabupaten Bandung Barat mencapai 600 orang. Produsen terbanyak berada di Kecamatan Lembang, Padalarang, Batujajar dan Cililin. Pasokan kedelai yang digunakan, lanjut dia, rata-rata berasal dari Amerika Latin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement