REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Banyak pedagang dan produsen tahu-tempe di Jakarta mogok berjualan selama tiga hari mulai Selasa (24/7) sehingga stok tahu dan tempe di beberapa pasar nyaris kosong.
Salah seorang pedagang di Pasar Gandaria, Jakarta Pusat, Tri Rabu mengatakan, pedagang tahu dan tempe di sebelah lapaknya mogok berjualan mulai Selasa (24/7), semua pedagang dan produsen tahu tempe di Pasar Gandaria turut mogok berjualan.
"Mereka (pedagang tahu tempe) mengaku mogok berjualan karena sulit mendapatkan untung sejak harga kedelai naik dari Rp 600 ribu menjadi Rp 800 ribu per kuintal," kata Tri.
Tri mengatakan pedagang tahu dan tempe mengeluhkan, jika harga tahu dan tempe dinaikkan para pembeli tetap menawar harga bahkan menjadi enggan untuk membeli tahu dan tempe. Tetapi jika harga tahu dan tempe tidak dinaikkan, maka pedagang akan kesulitan karena tidak mendapat untung. "Pedagang tahu dan tempe biasanya mendapat untung Rp 200 ribu, tetapi sejak harga kedelai naik, mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan , bahkan tidak mendapatkan sama sekali," katanya.
Seperti di Pasar Gandaria, "menghilangnya" pedagang tahu dan tempe juga terjadi di Pasar Kaget Kebon Melati.
Seorang pedagang kangkung, Lati, mengatakan lapak tahu dan tempe yang berjumlah tujuh buah di Pasar Kaget Kebon Melati juga kosong sejak Rabu (25/7). Pedagang tahu dan tempe di Jakarta akan mogok berjualan sampai Jumat, 27 Juli 2012.
Armi juga mengatakan, pedagang tahu dan tempe sering mengeluhkan harga kedelai yang mahal. Harga kedelai naik dari minggu lalu Rp 5.000 per menjadi Rp 8.000 per kilogram. "Orang-orang tetap banyak yang mencari tahu dan tempe bagi yang belum tahu ada aksi mogok berjualan," kata seorang penjual pangsit mie di Pasar Kaget Kebon Melati, Wahid.
Namun ternyata tidak semua pedagang tahu dan tempe turut mengikuti aksi mogok berjualan. Di Pasar Gandaria, salah seorang pedagang tahu tampak masih berjualan.
"Saya masih berjualan tahu untuk menghabiskan stok kemarin. Banyak orang yang mencari tahu dan tempe, tetapi stok yang baru tidak tersedia," kata seorang pedagang tahu, Suloyo.
Suloyo mengatakan kenaikan harga berimbas juga pada pedagang yang hanya mengambil barang dari produsen. Suloyo mengakui adanya aksi mogok pedagang tahu dan tempe sebenarnya membuatnya merugi karena membuatnya tidak mendapat penghasilan.
"Jika seperti ini saya jadi pengangguran karena tidak ada barang dagangan tetapi saya tetap mendukung aksi ini supaya harga kedelai kembali normal," kata Suloyo.
Pedagang tahu dan tempe di seluruh Jakarta menggelar aksi mogok berjualan untuk menuntut supaya harga kedelai kembali normal.
Untuk mengatasi hal ini, Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan akan membebaskan bea masuk kedelai impor dari lima persen menjadi nol persen.