REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Kekeringan akibat kemarau terasa makin kerontang. Di Kabupaten Banyumas, warga di tiga kecamatan terpaksa menggantungkan kebutuhan air bersihnya pada penurunan air bersih dari Pemkab setempat. Sedangkan di Kabupaten Cilacap, sekitar 3.000 hektar tanaman padi terancam puso akibat kekeringan.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Yunianto, mengatakan sebenarnya ada 12 kecamatan yang sudah melaporkan adanya kekeringan selama musim kemarau ini. Namun dari jumlah kecamatan tersebut, yang sudah mengajuan bantuan air bersih baru dari tiga kecamatan.
''Ketiga kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Cilongok, Sumpiuh dan Purwokerto Selatan. Di ketiga kecamatan itu, kami sudah men-dropping air bersih beberapa kali,'' katanya, Senin (23/7).
Kepala Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok, Saefuddin, mengakui sudah sebulan terakhir, warga desanya mendapat pasokan air bersih dari Pemkab Banyumas. ''Bantuan air yang kami terima telah mencapai 8 tangki. Namun jumlah ini ternyata tidak cukup,'' jelasnya.
Sementara di Kabupaten Cilacap, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan, Toendan Iriani, menyebutkan dampak kemarau tahun ini dirasakan lebih buruk dibanding tahun sebelumnya. ''Akibat kemarau kali ini, ada sekitar 3.000 hektar sawah yang puso. Sawah yang puso ini tersebar merata di beberapa kecamatan, terutama di wilayah Cilacap Barat,'' jelasnya.
Dia menyebutkan, kebanyakan tanaman padi yang puso tersebut, adalah tanaman padi yang belum berusia sampai sebulan. Selain itu, jelas Toendan, pada musim tanam ini hama tikus merajalela. Akibat kemarau dan maraknya hama tikus, maka luas areal tanaman padi yang puso mencapai ribuan hektar.