REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pantura Plus Karawang, mencatat 26 calon tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Karawang gagal berangkat ke luar negeri.
Pasalnya, saat menjalani tahapan medical check up, mereka positif terinfeksi HIV/AIDS. Para calon pahlawan devisa yang gagal berangkat itu, semuanya merupakan ibu-ibu rumah tangga.
"Penyebaran HIV/AIDS kian tak terkendali," cetus Abdul Rahman, Ketua LSM Pantura Plus Karawang, Selasa (17/7).
Tak hanya menyerang para pramu nikmat, ibu-ibu rumah tangga yang sebagian waktunya di rumah bisa terinfeksi. Dampak dari penyakit ini, mereka tak bisa mencari nafkah di luar negeri. Padahal, mereka ingin meringankan beban suami dan mengubah nasib keluarganya.
Akan tetapi, mereka harus menelan pil pahit akibat penyakit HIV/AIDS ini. Jangankan bisa bekerja mencari nafkah, hidup ibu-ibu rumah tangga ini terus digerogoti oleh penyakit yang belum ada obatnya itu. Kondisi ini, tentu saja membuat miris semua pihak.
"Ibu-ibu rumah tangga tersebut tak berdosa. Mereka terinfeksi dari suaminya," ujar Abdul.
Jika sudah begini, siapa yang harus bertanggung jawab? Saat ini, penyebaran HIV/AIDS di Karawang terus meningkat. Bahkan, trendnya mengalami perubahan. Biasanya yang terinfeksi itu para pekerja seks, sekarang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga. Bahkan, ada ibu-ibu yang menggunakan cadar, turut terinfeksi juga.
Bila sudah menyerang ibu-ibu rumah tangga, maka dampaknya bisa dua kali lipat. Sebab, dari si ibu bisa menularkan ke janin yang dikandungnya. Bahkan, sampai saat ini sudah ada lima bayi yang positif terinfeksi virus mematikan tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, Staff Bidang Pengantar Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karawang, Tarmizi, mengaku tidak kaget bila ada calon TKI yang gagal berangkat akibat terinfeksi HIV/AIDS.
Kasus ini, sudah ada sejak 2006 lalu. Akan tetapi, pihaknya tak memiliki data akurat terkait jumlah calon TKI yang gagal berangkat tersebut.
"Soalnya, calon TKI itu dites kesehatan ketika berada di barak penampungan. Terus, seringnya tak ada laporan ke kami," jelasnya.
Diakui dia, pada 2006 lalu sebanyak 12 calon TKI asal Cilamaya, gagal berangkat. Mereka, digagalkan polisi dari Polda Jabar ketika berada di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Penggagalan itu, sebab ada laporan 12 calon TKI itu positif mengidap HIV/AIDS.
Selain kasus tersebut, lanjut Tarmizi, perbincangan soal calon TKI yang terinfeksi HIV/AIDS sedang ramai di kalangan sponsor. Para sponsor itu, memberitahukannya saat ada tim dari Disnaker yang turun ke lapangan. Dari 30 kecamatan yang ada, calon TKI yang terinfeksi virus tersebut kebanyakan dari Cilamaya dan Tempuran.
Agus Sungkono, Petugas Rekom PPTKIS PT Gayung Mulya Ikif, mengatakan, seorang calon TKI yang dinyatakan tidak sehat tentunya setelah melalui pemeriksaan intensif yang dilakukan tim medis. Pemeriksaan itu, biasanya dilakukan sebelum visa calon TKI itu turun.
"Bila ada yang terindikasi HIV/AIDS, kita rujuk ke RSCM," katanya.
Meski begitu, pihaknya belum pernah menemukan calon TKI yang akan diberangkatkan perusahaan yang terinfeksi virus tersebut. Kalau pun ada calon TKI yang tidak sehat, umumnya
karena mengidap penyakit paru-paru, jantung dan lever. Ada juga mereka yang mengidap penyakit kelamin dengan stadium rendah.