Rabu 18 Jul 2012 01:15 WIB

Urat Nadi Kereta Rel Listrik di Sistem Persinyalan

Rep: fenny mellisa/ Red: M Irwan Ariefyanto
Kereta api jabodetabek
Foto: agung fatma
Kereta api jabodetabek

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Transportasi massal menjadi kebutuhan mutlak di perkotaan. Mampu mengangkut penumpang secara massal, hemat energi dan ruang, tingkat pencemaran yang rendah, dan biaya terjangkau. Di Jakarta, kebutuhan tersebut bisa diatasi dengan kehadiran Kereta Rel Listrik (KRL).

 

Kereta ini menjadi tulang punggung masyarakat yang menjadi pengguna kereta api (komuter).

Jumlahnya cukup besar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada Daerah Operasional (Daop) I Jakarta terdapat 830 perjalanan perhari dengan jumlah penumpang perlintas, 466.499 orang.

Dengan jumlah pengguna sebesar itu, ternyata KRL masih menghadapi sejumlah gangguan. PT KAI mencatat dari Januari hingga Mei 2012,  KRL di Jabodetabek mengalami gangguan sarana sebanyak 918 kali, gangguan operasional 591 kali, gangguan jalur rel 319 kali, gangguan jaringan listrik 21 kali, gangguan alam dan eksternal 483 kali, dan gangguan sistem persinyalan dan telekomunikasi sebanyak 610 kali.

Gangguan tersebut menyebabkan keterlambatan. Misalnya, pada Jumat 4 Mei 2012, ribuan penumpang KRL terlantar dan terlambat datang ke tempat kerja akibat KRL Bogor-Manggarai mengalami gangguan di Stasiun Bogor dan Stasiun Cilebut selama hampir empat jam.  

Andil keterlambatan masing-masing gangguan dalam menit yang dicatat Daop I Jakarta berbeda-beda. Dari Januari hingga Mei 2012 gangguan sarana menyebabkan keterlambatan 33 menit, gangguan operasional 23 menit, gangguan jalur kereta tujuh menit, gangguan jaringan listrik empat menit, gangguan alam dan eksternal 18 menit, dan gangguan persinyalan 16 menit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement