REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN—Kenaikan harga sejumlah komoditas utama masyarakat yang telah berlangsung lebih dini ditengarai akibat ulah spekulan.
Diduga, kenaikan harga ini dipicu oleh penimbunan sejumlah komoditas utama dengan mengambil momentum persiapan Ramadhan.
Sejumlah pedagang di pasar tradisional mengakui, harga beberapa komoditas pokok masyarakat terus merangkak naik sejak tiga bulan terakhir. Seperti beras, gula pasir, daging, telur serta terigu sebagai bahan utama kue.
Namun kenaikan harga bahan kebutuhan utama ini dianggap terlalu dini, mengingat rentang waktu dengan momentum persiapan Ramadhan masih terlalu panjang. “Tak hanya masyarakat yang mengeluh, kami –para pedagang-- pun juga bingung,” ungkap Surami (51), salah seorang pedagang di Pasar Bandarjo, Ungaran, Ahad (15/7).
Biasanya, lanjut dia, kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan pokok ini akan berlangsung paling cepat dua pekan sebelum masuk bulan suci Ramadhan (awal bulan puasa). Sementara puncak kenaikan harga ini akan terjadi sepekan sebelum lebaran atau puncak meningkatnya kebutuhan bahan pokok oleh masyarakat.
Iapun menduga ada sejumlah komoditas yang ditimbun dengan dalih pasokan terhambat. Seperti beras, yang oleh pemasok disebut terkendala stok akibat beras asal Jawa Tengah banyak dikirim ke luar daerah, seperti Jakarta karena ada pilkada.
“Benar dan tidaknya kita tak tahu. Bisa jadi, beras ini sengaja ditimbun dan baru akan dilempar ke pasaran saat harganya sudah melambung sehingga keuntungan yang didapat akan semakin besar,” lanjutnya.
Surami menjelaskan, di pasar Bandarjo, Ungaran, kenaikan harga telur ayam saat ini sudah mencapai kisaran 30 persen lebih. Komoditas telur ayam yang normalnya hanya Rp 13.000 per kilogram, kini telah mencapai Rp Rp 17.000 per kilogram.
Demikian pula harga beras mutu sedang, yang semula hanya berkisar Rp 8.000 per kilogram, kini telah mencapai Rp 9.000 per kilogram. Harga minyak goreng curah dalam sepekan terakhir ini juga mengalami keaikan dari Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 10.000 per kilogram.
Sementara harga gula pasir yang semula hanya Rp 10.500 per kilogram juga melonjak menjadi Rp 13.000 per kilogram. “Untuk komoditas gula pasir ini memang fluktuatif, namun harga tertinggi mencapai Rp 13.000 per kilogram,” paparnya.
Sumirah (39), pedagang daging di pasar yang sama juga mengamini terjadinya lonjakan harga di pertengahan bulan ini. Menurutnya harga daging ayam ras yang semula hanya Rp 20.000 per kilogram kini sudah menembus harga Rp 28.000 hingga 30.000 per kilogram.
Harga daging sapi yang semula hanya Rp 63.000 per kilogram kini sudah mencapai kisaran Rp 68.000 hingga Rp 70.000 per kilogram. Pada saat musim orang punya hajat mulai berkurang, seharusnya harga daging ini juga turun. “Tapi ini malah terus merangkak naik,” imbuhnya.