REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Nusron Wahid, mengatakan bahwa kegiatan Hari Lahir Ke-78 GP Ansor yang dipusatkan di Kota Solo untuk mengampanyekan Islam yang terbuka dan ramah kepada masyarakat Jawa Tengah.
"Kami sering mendengar Kota Solo, Islam modelnya yang keras-keras saja sehingga perlu mengampanyekan Islam yang ramah moderat, toleran, dan inklusif," kata Nusron Wahid di Solo, Sabtu.
Selain itu, kata dia, Islam yang saling menghargai perbedaan, mengayomi semua manusia apa pun agamanya, dan tidak membeda-bedakan lagi semua perbedaan. Oleh karena itu, kata dia, kegiatan Hari Lahir (Harlah) GP Ansor yang diadakan di Kota Solo dapat memberikan gambaran tentang Islam yang ramah dan terbuka.
Ia menjelaskan bahwa peristiwa bom yang terjadi Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, September 2011, pihaknya langsung mengerahkan Banser ikut mengamankan setiap ada kegiatan kebaktian agama lain.
"Kami ternyata mendapatkan simpati. Tidak semua Islam keras, tetapi masih banyak ramah dan saling menghormati satu sama lain meski berbeda ideologi," katanya.
Selain itu, Harlah PG Ansor di Solo akan memperbesar jaringan Banser di beberapa wilayah, seperti Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, dan Solo. "Daerah itu, dahulu untuk mencari kader sangat sulit. Namun, daerah itu kini sudah ada dan semakin memperlebar sayapnya," katanya.
Menyinggung soal peluang calon Gubernur DKI Jakarta asal Kota Solo Joko Widodo, dia mengatakan bahwa GP Ansor sebagai organisasi keagamaan dan tidak terjun ke politik. Dengan demikian, pihaknya akan mendukung siapa pun pemimpinnya yang terpilih DKI 1.
"Kami bukan organisasi politik sehingga membebaskan anggota GP Ansor memilih sesuai dengan keinginan mereka. Kami tidak memengaruhi mereka untuk memilih seorang pemimpin yang mereka anggap pantas," katanya.
Menurut dia, jika Jokowi yang kini menjabat Wali Kota Surakarta itu dicintai oleh rakyat dan figur yang pantas menjadi memimpin DKI Jakarta, dia akan terpilih.