REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Perhimpunan Bank-Bank Nasional Sigit Pramono menilai komitmen pemerintah untuk memberi pinjaman senilai satu miliar dolar AS kepada Dana Moneter Internasional (IMF) hanya bersifat simbolis.
"Sebetulnya kan nilainya tidak signifikan, kita melihat hal itu simbolis saja sebagai negara yang biasanya dibantu jadi membantu," kata Sigit usai menghadiri acara Bisnis Indonesia Award di Jakarta, Kamis (12/7).
Sigit mengatakan bahwa pemberian pinjaman kepada IMF untuk membantu negara-negara dunia yang tengah menghadapi krisis tersebut tentunya sudah berdasarkan perhitungan yang mantap dari pemerintah.
"Kalau mereka bilang cadangan devisa cukup, ya, kita harus percaya meskipun trennya sendiri menunjukkan cadangan devisa kita menurun," kata Sigit.
Komitmen pemerintah dalam pemberian pinjaman kepada IMF dipastikan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu dengan Direktur Eksekutif IMF Christine Lagarde, Selasa (10/7).
Menurut Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, kontribusi Indonesia untuk IMF bukan dalam bentuk pinjaman tunai, melainkan berupa pembelian surat berharga (obligasi) IMF dan hanya dipakai jika dibutuhkan.
"Jumlah cadangan devisa sampai Juni 2012 yang sebesar 106,5 miliar dolar AS tidak akan berkurang karena meski sudah dibelikan surat berharga sebesar satu miliar dolar AS, obligasi tersebut tetap berada di Bank Indonesia," tegasnya.
Darmin mengatakan bahwa cadangan devisa di BI sebagian besar dibelikan surat berharga seperti US T-bonds dan surat berharga beberapa negara, seperti dari Australia, Inggris, Kanada, dan Jerman.
"Dana tersebut akan dipakai jika cadangan IMF turun di bawah 100 miliar dolar AS, sementara sekarang masih di atas 400 miliar dolar AS. Jadi, itu belum tentu dipakai," kata Darmin.
sumber : Antara
Advertisement