Jumat 13 Jul 2012 03:09 WIB

Data Arsip: Minat Baca Masyarakat Rendah

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Tumbuhkan kebiasaan membaca kepada anak sejak dini. Salah satu cara ciptakan suasana membaca yang kental di rumah
Foto: thesweetbookshelf.com
Tumbuhkan kebiasaan membaca kepada anak sejak dini. Salah satu cara ciptakan suasana membaca yang kental di rumah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Minat masyarakat untuk datang ke perpustakaan dinilai masih sangat rendah. Berdasarkan data yang dimiliki Kantor perpustakaan dan Arsip Daerah (Kapuspida) Ciamis, Jawa Barat, rata-rata pengunjung setiap harinya hanya 30-40 orang.

"Sangat memprihatinkan, sebagian dari mereka datang hanya untuk membaca buku pelajaran, bukan buku yang lainnya," kata Kepala Kapuspida Ciamis, Endang Sutrisna, Kamis (12/7).

Rendahnya minat masyarakat ke perpustakaan untuk membaca, jelas Endang, karena referensi dan koleksi buku dinilai tidak  representatif. Begitu pula dengan sumber daya manusia yang ada di perpustakaan tersebut yang tidak memadai. Idealnya, jumlah SDM mencapai 40 orang, tetapi sekarang baru 23 orang. Padahal, masyarakat Ciamis berjumlah 1,5 juta jiwa.

Menurut Endang, perpustakaan daerah masih dipandang sebelah mata, sehingga sarana dan prasarananya tidak maksimal. "Pemerintah daerah setempat kurang memperhatikan, terlalu besar ke dana pendidikan. Padahal, perpustakaan juga salah satu bagian untuk mencerdaskan bangsa," kata Endang. Anggaran pemerintah untuk perpustakaan hanya berkisar Rp 600 juta per tahunnya.

 

Sebenarnya, beberapa program telah dilakukan. Beberapa kerja sama dengan masyarakat dan perusahaan swasta juga dijalankan. Tapi, kurangnya sosialisai juga berdampak pada rendahnya minat ke perpustakaan. Padahal, ada sekitar 200 perpustakaan desa dan puluhan Taman Baca Masyarakat (TBM).

Masyarakat, katanya, harus diberi pencerahan betapa pentingnya membaca. Masyarakat juga dapat memberi sumbangsih berupa bantuan buku atau bantuan lainnya. Begitupula sarana prasarana yang harus lebih ditingkatkan. Endang juga bermodal nekat untuk menjalani program perpustakaan ke 1.000 kelompok tani dan 678 pondok pesantren.

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat, Enny Heryani, mengaku bahwa pihaknya memang kesulitan untuk mendorong masyarakat ke perpustakaan. Terlebih, sarana dan prasarana belum mencukupi. "Perpustakaan masih dipandang sebelah mata, padahal perpustakaan tidak dapat berdiri sendiri, perlu kerja sama dari semua pihak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement