REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demo paripurna yang digelar puluhan ribu buruh di Jakarta, Kamis (12/7), ternyata membawa berkah bagi para pedagang kaki lima (PKL). Para PKL yang mencoba memanfaatkan momen unjuk rasa untuk mengais rizki dari para pendemo.
Pantauan ROL, beragam pedagang makanan, seperti gorengan, soto mie, soto bogor, minuman ringan, hingga es doger menyebar di beberapa titik lokasi demo. Tak hanya makanan, pedagang tas pinggang dan kacamata juga berusaha mendulang rizki dari 45 ribu buruh yang ikut dalam unjuk rasa untuk menuntut penghapusan sistem outsourcing dan upah kerja yang minimum.
Tentunya para pendemo kelaparan dan kehausan setelah lelah berjalan dan berteriak. Dan hal itu yang coba dimanfaatkan para pedagang.
"Alhamdulilah penghasilannya meningkat kalau ada demo-demo seperti ini", kata salah seorang pedagang minuman ringan, Asep saat berbincang dengan ROL, Kamis (12/7).
Tak hanya para pedagang yang meraup rizki, para pemulung pun juga kebagian. Mereka terlihat asyik memunguti sampah-sampah plastik minuman ringan para pendemo yang bisa dijual kembali. "Saya dapat banyak botol kalau pada demo," kata seorang pemulung, Sri.
Ada yang diuntungkan, tentu ada yang dirugikan. Selain merugikan para pengguna jalan raya, lantaran demo para buruh membuat kemacetan, demonstrasi itu juga membuat petugas kebersihan jalan bekerja lebih keras hari ini. Para petugas dari Dinas Kebersihan Jalan Raya DKI Jakarta kewalahan membersihkan sampah yang ditinggalkan para pendemo.
"Banyak sampah yang ditinggalin pendemo jadi butuh banyak waktu (untuk membersihkan)," keluh salah satu petugas kebersihan, Said.
Sekitar 45 ribu buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menggelar demo besar-besaran hari ini, Kamis (12/7) menuntut kepada pemerintah dan pengusaha untuk menghapus sistem outsourcing. (baca: Ribuan Buruh Gelar Demo Tolak Outsourcing)
Rencananya, setelah berkumpul di Bundaran HI, puluhan ribu buruh bakal menggelar long march ke kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Istana Negara dan kantor Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Para buruh tersebut berasal dari Jabodetabek, Cikarang serta Kota Serang, Banten.