Kamis 12 Jul 2012 04:37 WIB

Inilah Laundry Syariah Ramah Lingkungan, Seperti Apa?

Rep: neni ridarineni/ Red: Heri Ruslan
Laundry (ilustrasi)
Foto: blogspot
Laundry (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Bisnis Laundry di Yogyakarta sudah menjamur. Namun biasanya menggunakan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.

Berbeda halnya dengan Laundry Syariah yang idenya dibuat oleh mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)  Ita Usnatin, Fauzia Wulandari dan  Muhibudin Ahmad yang diikutsertakan dalam  PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke-25 kategori Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan di Kampus Terpadu UMY Yogyakarta.

Landry Syariah  yang diberi nama Ath-Thura menggunakan konsep bersuci atau thaharah tersebut sebagai alternatif laundry yang menjamin kesucian dan ramah lingkungan dengan bahan alami, kata   Ita Usnatin. 

''Ajaran Islam begitu sempurna dan menyeluruh. Islam sebagai salah satu pengarah dalam segala aspek kehidupan kita. Mulai dari  dari hal – hal yang kecil dan sepele seperti urusan mencuci  sampai ke hal –hal yang besar lainnya,''tutur dia saat menyampaikan presentasinya di hadapan juri. 

Konsep syariah ini diterapkan pada saat proses pencucian dengan menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) . Setelah pakaian pelanggan diterima kemudian ditimbang, selanjutnya akan dihitung dan dipilah-pilah,  lalu dilakukan pembilasan dengan air biasa baru kemudian dicuci.

''Pembilasan inilah bagian dari konsep suci yang berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel sebelumnya. Sehingga pada saat nanti dicuci kotoran tidak ikut tercampur. Pada proses pembilasan ini juga dapat diketahui pakaian tersebut luntur atau tidak.,''jelas dia.

Selanjutnya dalam konsep ramah lingkungan dan bahan alami, Usna memilih menggunakan lerak sebagai alternatif pengganti sabun cuci. Lerak ini dipilih karena berawal dari sebuah kebiasaan yang ada bahwa lerak digunakan untuk mencuci batik. Batik merupakan salah satu bahan yang mudah kusam jika tidak dicuci dengan benar.

''Ketika batik dicuci menggunakan lerak bisa awet dan warnanya tidak pudar kemudian kami berfikir bahwa berarti jika lerak digunakan untuk pakaian biasa tentu juga bisa membuat pakaian lebih awet, tidak merusak model dan warna pakaian itu.''kata dia.

Penggunaan lerak tersebut juga sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mengurangi terjadinya pencemaran air. Air bekas cucian yang menggunakan sabun merupakan salah satu penyumbang pencemaran air. Sabun salah satu bahan yang tidak mudah diuraikan tanah sehingga bisa terbawa air dan mencemarinya. Nah, lerak merupakan bahan alami yang mudah diuraikan,''jelas Usna (panggilan akrab Ita Usnatin ini).

Selain bahan baku yang terbuat dari bahan alami laundry syariah ini didukung dengan dengan beberapa fasilitas yang membuat pelanggan nyaman, antara lain layanan antar jemput pakaian bagi konsumen yang jauh, saat pelanggan ingin menunggu cucian di lokasi karena dia mengambil paket cuci  maka dia akan memperoleh fasilitas soft drink, fasilitas free Wifi serta diberikan  tas laundry cantik yang menarik yang  mendukung gerakan Save Earth untuk mengurangi penggunaan material plastik.

Setiap pakaian sudah kering ia akan memeriksa bagian-bagian pakaian yang biasanya sulit dijangkau untuk dibersihkan seperti bagian kerah, pinggiran baju di bagian pergelangan tangan, bawah rok atau celana dan lainnya. ''Jika kami menemukan masih kotor misalnya masih terlihat coklat-coklat maka pakaian tersebut akan dicuci ulang.''ungkap dia.

Para penggagas Laundry Syariah ini berharap melalui konsep tersebut tidak hanya sekedar membantu mencucikan pakaian namun juga ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan.

''Kami juga berharap landry syariah ini dapat menginspirasi kalangan muda terutama para mahasiswa untuk dapat mengembangkan jenis usaha lainnya yang menerapka nilai-nilai Islam,''kata Usna yang bersama rekan-rekannya telah lima bulan mengembangkan usaha tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement