Rabu 11 Jul 2012 08:28 WIB

Penyakit Sura Mulai Serang Ternak

Lalat jadi penyebar  virus dari penyakit sura atau lumpuh layu pada ternak.
Foto: itox.blog.friendster.com
Lalat jadi penyebar virus dari penyakit sura atau lumpuh layu pada ternak.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Selama beberapa pekan terakhir, penyakit sura atau lumpuh layu menyerang ternak, terutama kuda di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit sura ini muncul pertama pada 2010 di sana. Akibat serangan kali ini, ratusan ekor ternak besar dilaporkan mati dan ribuan lainnya menderita sakit dan terancam mati jika tak mendapatkan pengobatan yang cepat.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Semuel Rebo mengatakan, perlu ada komitmen bersama seluruh pemerintahan di Pulau Sumba untuk mengatasi masalah serangan penyakit ini. Upaya yang dilakukan harus secara serentak, mulai dari Pulau Sumba bagian Timur hingga Sumba Barat Daya.

"Kalau ada larangan ternak masuk ke Pulau Sumba, misalnya harus dilakukan oleh seluruh pemerintahan di Sumba. Kalau hanya satu kabupaten saja, akan sulit, karena kabupaten lain masih memberi ruang masuknya ternak dari luar," katanya, Rabu (11/7).

Artinya, kata dia, jika masih ada salah satu dari empat kabupaten di Pulau Sumba ini masih mendatangkan ternak kuda dari Nusa Tenggara Barat saja, maka peluang untuk menyebarkan virus itu tetap terbuka untuk seluruh wilayah Sumba. "Penyebaran virus sura ini melalui lalat. Lalat-lalat itu biasanya ada di kuda, sementara kuda bagi masyarakat di pedesaan itu adalah alat transportasi ke mana-kemana sehingga penyebarannya cepat," katanya.

Menurut dia, virus ini seperti penyakit malaria yang bisanya menyerang manusia. Kalau manusia ada kekebalan tubuh sementara hewan tidak memiliki kekebalan tubuh. Akibatnya, begitu diserang penyakit dan tidak segera ditangani pasti mati.

Dia juga mengakui, penanganan terhadap penyakit sura di Pulau Sumba membutuhkan energi yang sangat besar. Soalnya, hewan-hewan masyarakat umumnya dilepas di padang penggembalaan, sehingga menyulitkan petugas. Hewan-hewan ini tidak bisa dengan mudah mendapat bantuan pengobatan melalui petugas, tetapi harus ada pawang khusus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement