Ahad 08 Jul 2012 16:16 WIB

Puluhan Hektare Tanaman Cabe Terancam Kekeringan

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dewi Mardiani
Pohon Cabe
Foto: antara
Pohon Cabe

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Musim kemarau yang sudah berlangsung selama dua bulan, mulai mengancam pertanian hortikultura di lereng timur Gunung Slamet. Sedikitnya 50 hektar tanaman cabe siap panen di Lereng Gunung Slamet Desa Serang Kecamatan Karangreja Purbalingga, kini dalam kondisi kritis karena kekeringan.

''Saat ini, kondisi tanah masih cukup lembab sehingga tanaman cabe masih bisa hidup. Namun jika dalam sepekan kedepan tidak mendapat siraman air, maka tanaman cabe kami dipastikan akan layu kemudian mati,'' jelas Kepala Desa Serang, Sugito, kemarin.

Padahal, kata Sugito, tanaman cabe tersebut sudah mendekati musim panen. Tanaman sudah mulai berbuah, hanya tinggal menunggu tua, sehingga bisa dimulai pemetikan pertama. ''Namun kalau dalam sepekan ini air tidak ada, bisa dipastikan cabai yang sudah mulai membesar itu akan layu dan rontok, mengikuti kondisi pohonnya yang juga pasti akan mati,'' katanya.

Menurutnya, ketika musim kemarau masih berlangsung beberapa pekan, warga masih bisa menggunakan sumber air yang selama ini digunakan PDAM Purbalingga untuk mengaliri kebutuhan air bersih di Kota Purbalingga. Namun karena volume dan debit sumber air itu makin berkurang, maka PDAM sudah melarang penggunaan air dari sumber tersebut untuk kebutuhan menyirami tanaman.

Sugito menyebutkan, selain sumber air yang kini dikuasai PDAM, memang ada sumber-sumber mata air lain di desa tersebut. Namun selain debit airnya tidak terlalu besar, jaraknya juga relatif jauh. ''Jika menggunakan air dari sumber mata air tersebut, petani harus mengeluarkan biaya sangat biaya. Soalnya, jarak sumber air lain tersebut mencapai 8 kilometer,'' jelasnya.

Untuk itu, satu-satunya harapan petani agar tanamannya bisa tetap bertahan, adalah hanya dengan berdoa agar hujan turun di kawasan Desa Serang dalam waktu beberapa hari ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement