Sabtu 07 Jul 2012 08:30 WIB

Khofifah: Moeslim Abdurrahman Sosok Bersahaja

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Heri Ruslan
Moeslim Abdurrahman
Foto: Antara (persaudaraanhmi.com)
Moeslim Abdurrahman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa merasa kehilangan sosok bersahaja Dr Moeslim Abdurrahman.

Menurut dia, Moeslim tokoh intelektual lintas agama, sahabat dekat Gus Dur yang memiliki banyak kesamaan pandangan dengan Gus Dur, terutama dalam pikiran humanistik dan multikultur.

"Beliau antropolog, sering berpikir out of the box, yang kehidupan kesehariannya sangat bersahaja," kenang Khofifah, Sabtu (7/7).

Kesahajaan Direktur Maarif Institute for Culture ini terlihat saat Khofifah bertemu sekitar sebulan lalu dalam sebuah rapat terbatas. Saat itu, Muslim memakai jam tangan tanpa jarum jam, alias tinggal kerangka.

Ketika Khofifah bertanya, dengan santainya almarhum menjawab, "Ya mbak daripada nggak pakai."

Khofifah mengaku sama sekali tidak menyangka kepergian Moeslim begitu cepat. Padahal baru pada Rabu (4/7) lalu, dia bersama almarhum hadir dalam sebuah program kader bangsa di Solo. Rencananya, Muslim meminta Khofifah kembali ke Jakarta pada hari Jumat. Lantaran Sabtu paginya Muslim ingin menjemput kedua anaknya yang sekolah di Amerika pulang ke Indonesia.

"Subhanallah..setelah lama tidak berjumpa dengan bapaknya, anaknya pulang untuk mengantar bapaknya ke pesemayaman terakhir. Sang Bapak yang sangat menyayangi anak-anaknya,"tutur Khofifah.

Pesan terakhir mantan Ketua Dewan Syuro PKB itu pada Khofifah disampaikan sekitar enam bulan lalu. Yakni berupa keinginan untuk berumrah. "Sekarang bukan hanya bertamu di rumah Allah, tetapi sudah langsung menghadap Allah 'azza wa jalla. Selamat jalan, semoga pikiran genuine pak Muslim tetap hidup dan semoga husnul khotimah,"pungkas Khofifah.

Sebelumnya, setelah menjalani perawatan di RSCM Jakarta, cendikiawan Moeslim Abdurrahman, menghembuskan nafas terakhirnya Jumat (6/7). Moeslim, yang dirawat sejak Rabu, dikabarkan meninggal akibat komplikasi penyakit diabetes dan jantung.

Doktor lulusan University Illinois, Urbana, Champagne, Amerika Serikat ini dikenal karena pemikiran dan sumbangsihnya bagi pemikiran dunia Islam.  Semasa hidupnya, ia dekat dengan almarhum Gus Dur serta beberapa tokoh Muslim Indonesia lain.

Dia lahir di Lamongan, Jawa Timur pada 8 Agustus 1948 silam. Hingga akhir hidupnya, dia meninggalkan seorang istri dan dua anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement