REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Angkutan umum jadi pilihan sebagian besar masyarakat di perkotaan. Untuk Depok, Jawa Barat, selain kereta api, angkutan kota alias angkot jadi pilihan warga bertransportasi. Angkot ini sudah ditentukan jalur atau trayeknya dalam melayani masyarakat.
Namun, tingkat kriminalitas di angkutan umum, seperti angkot semakin marak. Selain tindak pidana asusila yang belakangan terjadi, aksi pencopetan seringkali terjadi di angkot. Pelaku dapat dengan mudah mengambil isi tas milik penumpang angkot yang lengah.
Laras (20 tahun), salah satu penumpang angkot rute Depok-Pasar Minggu mengaku pernah melihat aksi pencopetan di dalam angkot di jurusan tersebut. "Pelaku biasanya tidak sendiri. Biasanya ada yang duduk di dekat pintu dan ada yang duduk di dalam. Pelaku membawa tas ransel yang salah satu tangan barada di bawah tas. Tangan itulah yang perlahan mulai merogoh isi tas target pencurian," ungkapnya
Dia mengatakan, berdasarkan pengalamannya, supir angkot pun kerap berkomplot dengan pelaku. Karena itulah, penumpang diharapkannya untuk selalu waspada saat naik angkot. "Biasanya supir mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan tidak menaati rambu-rambu lalu lintas. Itu dilakukan agar pelaku mudah melakukan aksinya."