REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Sejarah mencatat Islam sebagai entitas politik pernah berjaya di hati masyarakat. Ini terjadi lantaran para tokoh Islam mampu berkonsolidasi menangkap persoalan zaman dan memanifestasikannya dalam gerakan nyata.
Pada zaman kolonial Belanda misalnya, sejumlah tokoh Islam di Banten seperti KH Achmad Chatib, H Misbach, dan H Saleh, memotori gerakan perlawanan rakyat melawan Belanda.
“Pemberontakan petani Banten 1926 menjadi bukti penting kepedulian para tokoh Islam terhadap penderitaan rakyat,” kata sejarawan Bonnie Triyana saat dihubungi, Kamis (5/7). Pemberontakan petani Banten 1926 sempat memukul gerakan Islam di Indonesia lantaran banyak tokoh-tokoh Islam yang dibuang dan dipenjara ke pengasingan.
Entitas politik kemudian muncul lagi, kata dia, ketika Jepang masuk dan memberi kembali wadah politik kepada tokoh-tokoh Islam berkonsolidasi dan simpati masyarakat bisa didapat dengan cepat. “Saat Pemilu 1955 dua Partai Islam besar di Indonesia Masyumi dan NU berhasil menjadi partai lima besar Pemilu,” ujar Bonnie.
Kemunduran Islam sebagai sebuah kekuatan politik terjadi pada masa Orde Baru. Bonnie mengatakan, kebijakan pemerintah Orde Baru menyederhanakan partai-partai politik ke dalam dua partai dan satu golongan, telah mengerdilkan aliran yang berkembang dalam tubuh Islam. Akibatnya banyak suara Islam yang justru mengalir ke partai-partai nasionali, terutama Golkar. “Partai Islam tidak diberi kesempatan mengonsolidasikan diri,” katanya.
Sikap curang pemerintah Orde Baru juga menjadi sebab mengapa Partai Islam sulit berkembang di Indonesia. Keruntuhan rezim Orde Baru, kata Bonnie, tidak membuat para tokoh Islam belajar dari sejarah. Alih-alih bersatu, para tokoh di dalam Partai Islam malah sibuk dengan pertengkaran masing-masing.
Bonnie mengatakan, Partai Islam pascareformasi gagal menampilkan tontonan politik yang mencerminkan ajaran Islam. Sejumlah tokoh Islam justru lebih sering menampilkan sosok hipokrit yang mengedepankan kepentingan individu dalam sikap-sikap politiknya.
Untuk dapat kembali meraih simpati publik, Bonnie mengatakan Partai Islam tidak memiliki pilihan banyak. Mereka harus bisa menangkap kenyataan zaman. Caranya, dengan bekerja keras membuktikan diri bahwa Islam benar-benar merupakan agama yang Rahmatan Lil’alamin. “Partai Islam perlu membuktikan komitmennya membesarkan bangsa. Bukan hanya golongan,” kata Bonnie.