REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Kecepatan angin di wilayah pantura, Indramayu dan Cirebon saat ini sedang tinggi. Para nelayan pun mengalami masa paceklik karena tidak bisa melaut.
Kepala Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Majalengka, Efendi, menjelaskan, di wilayah pantura Indramayu dan Cirebon saat ini sedang bertiup angin timur. Dia menyebutkan, kecepatan angin sekarang berkisar antara 30 hingga 35 knot. Padahal dalam kondisi normal, hanya sekitar sepuluh knot.
‘’Indramayu dan Cirebon merupakan daerah terbuka, jadi tidak ada penghambat bagi angin dari timur yang bertiup kencang,’’ ujar Efendi, Kamis (5/7). Efendi mengungkapkan, angin timur biasa bertiup mulai Juni hingga September.
Menurut dia, angin tersebut bertiup akibat pengaruh pergeseran posisi matahari ke ekuator. Angin itupun bertiup tanpa membawa uap air. ‘’Jadi sangat sulit kemungkinan untuk turun hujan,’’ kata Efendi.
Efendi mengakui, keberadaan angin timur dengan kecepatan tinggi tersebut merupakan masalah bagi nelayan di pantura. Pasalnya, dengan kecepatan angin seperti itu, maka bisa menimbulkan gelombang dengan ketinggian hingga dua meter.
Sementara itu, kesulitan yang kini sedang dialami para nelayan dibenarkan Sekretaris KUD Mina Sari Glayem, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto. Dia menjelaskan, sekitar 900 nelayan tradisional yang menjadi anggotanya saat ini tidak bisa melaut sejak dua minggu yang lalu. ‘’Kalaupun ada yang nekat melaut, pasti langsung balik lagi karena ombak sangat tinggi,’’ tutur Dedi.
Dedi menambahkan, kondisi itu akhirnya berdampak pada pasokan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI). Dia menyebutkan, sejak dua minggu yang lalu, aktifitas pelelangan ikan di TPI berhenti. Padahal, terang Dedi, dalam kondisi normal, pendapatan dari lelang ikan bisa mencapai Rp 40 juta per hari. Namun kini, tidak ada sama sekali.