REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transportasi kereta api Jabodetabek memiliki sejumlah permasalahan yang kompleks. Salah satunya adalah prasarana persinyalan yang kerap dicuri ataupun dirusak. ''Akibatnya,gangguan perjalanan KRL masih sering terjadi," ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lukman Hakim, pada seminar 'Peningkatan Keandalan Sistem Persinyalan Perkeretaapian di Jabodetabek', Kamis (5/7).
Salah satu peralatan sinyal yang sering hilang adalah penangkal petir. Padahal, kata Lukman, persinyalan merupakan satu dari fasilitas penting dalam pengoperasian kereta api, selain jalur, stasiun, telekomunikasi, dan instalasi listrik. ''Prasarana yang mendukung operasi kereta api harus mempunyai tingkat keandalan yang tinggi agar tetap layak beroperasi," ujar Lukman.
Sementara itu, Peneliti Perkeretaapian dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Taufik Hidayat, menambahkan ada beberapa syarat umum dalam sistem persinyalan kereta api. Persyaratannya adalah asas keselamatan atau fail safe yang berarti tidak ada kerusakan pada sistem sinyal yang dapat menimbulkan bahaya bagi pengguna kereta api.
Kereta api juga harus memiliki kendalan tinggi dalam memberikan aspek atau tanda yang tidak diragukan dan harus mudah dalam perawatan. Tak hanya itu, urutan penempatan sinyal di sepanjang jarul rel harus sesuai urutan baku agar masinis dapat memahami jalur yang akan dilalui, dan harus dilindungi oleh proteksi petir. "Untuk menjamin kelayakan itu semua perlu ada pengujian dan pemeriksaan secara berkala," ujar Taufik.