REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) atau tingkat kesejahteraan petani di Indonesia pada Juni 2012 mencapai 104,88 poin, naik 0,11 persen dibanding NTP periode Mei 2012 sebesar 104,77 poin.
"Kenaikan kesejahteraan petani didorong melonjaknya NTP subsektor tanaman pangan sebesar 0,32 persen, NTP subsektor holtikultura sebesar 0,31 persen," kata Kepala BPS Suryamin, di Jakarta, Senin (2/7).
Menurut Suryamin, sebaliknya berdasarkan pemantauan BPS pada 32 provinsi di Indonesia, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 0,54 persen, NTP subsektor peternakan turun 0,07 persen, dan NTP subsektor perikanan turun 0,16 persen.
Dijelaskan, NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Makin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
"Meskipun NTP subsektor perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan merosot, namun kenaikan yang terjadi subsektor tanaman pangan dan holtikultura mampu menopang kesejahteraan petani secara nasional," ujar Suryamin.
Selama Juni 2012, BPS mencatat Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mencapai 144,82, naik 0,62 persen dibanding Mei 2012 yang mencapai 143,93 dan saat yang sama Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mencapai 138,08, naik 0,51 persen dari sebesar 137,38.
Suryamin menambahkan, berdasarkan penghitungan NTP di 32 propinsi, tercatat 13 propinsi mengalami kenaikan NTP, 18 propinsi menurun dan 1 propinsi stabil. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Jawa Barat yaitu 0,96 persen yang disebabkan melonjaknya subsektor tanaman pangan khususnya komoditi padi yang naik 2,77 persen.
Sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Kalimantan Barat yaitu 0,62 persen yang dipicu merosotnya subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditi karet yang turun 1,34 persen.