Senin 02 Jul 2012 17:30 WIB

BPS: Kemiskinan di Jakarta Menurun, tapi tidak Besar

Rep: Ira Sasmita / Red: Djibril Muhammad
Pengentasan kemiskinan masih jauh panggang dari api (ilustrasi).
Foto: globalmuslim.web.id
Pengentasan kemiskinan masih jauh panggang dari api (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta menyatakan tingkat kemiskinan di Jakarta pada Maret 2012 menurun. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menurun sebesar 3,69 persen dibanding Maret tahun sebelumnya.

"Menurun, tetapi tidak masif. Dari Maret 2011 hingga Maret tahun ini menurun hanya 220 orang saja," kata Sri Santo Budi, Kepala Bidang Statistik Sosial, BPS DKI Jakarta, Senin (2/7).

Namun, kata Sri, tingkat kemiskinan di Jakarta merupakan paling rendah dibandingkan kota lain di Indonesia. Meskipun, penurunannya sangat rendah, penekanan angka kemiskinan di Jakarta telah mencapai titik 'hardrock'. "Seolah susah untuk diturunkan lagi, karena jika diukur sudah rendah. Namun bukan berarti tidak bisa diturunkan. Masih mungkin, tapi dilakukan dalam jangka panjang," kata dia.

Menurutnya, kebijakan yang dibuat pemerintah sangat memengaruhi bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk miskin. Seperti kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM).

Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi besarnya Garis Kemiskinan (GK). Karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Penduduk Jakarta yang hidup di bawah garis kemiskinan pada Maret 2012 sebesar 363.200 orang. Sedangkan pada Maret 2011 jumlahnya 363.420 orang. Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan.

Pada Maret 2012 garis kemiskinan di Jakarta sebesar Rp 397.052 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding Maret 2011. Yaitu sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan. Komposisi garis kemiskinan menunjukkan garis kemiskinan makanan sebesar Rp 244.832. Dan garis kemiskinan non makanan sebesar Rp 134.220.

Meskipun kecil, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan juga mengalami penurunan. Pada periode Maret 2011 hingga Maret 2012 indeks kedalaman kemiskinan turun dari 0,60 menjadi 0,50. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan menurun dari 0,15 menjadi 0,13.

Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung meningkat dan mendekati garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan.

Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Garis kemiskinan nonmakanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Mara Oloan Siregar, Asisten Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta, membenarkan tentang lambatnya penurunan angka kemiskinan di Jakarta.

Ia mengatakan bahwa untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Jakarta, pemerintah harus lebih fokus dalam penanganannya,agar tepat sasaran. Segala faktor harus diperhatikan, ujarnya, seperti kelompok usia, keterampilan, dan latar belakang pendidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement