REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Sebanyak 29 siswa SMKN I Rengasdengklok tak naik kelas. Mereka merupakan pelajar dari berbagai jurusan. Akibat tidak naik kelas itu, para siswa tersebut mengalami frustasi dan stress.
Mereka menolak untuk kembali ke sekolah pada tahun ajaran baru mendatang. Dengan kata lain, mereka lebih memilih drop out, ketimbang melanjutkan pendidikan.
Lili Sutisna (40 tahun), salah seorang orang tua murid yang tak naik kelas, mengaku sangat terpukul dengan nasib anaknya itu. Apalagi, ketika ditelusuri penyebab tidak naik kelas ini, bukan karena nilai akademis yang anjlok. Melainkan, lebih dilatarbelakangi like and this like guru terhadap siswanya.
"Padahal nilai raport anak saya bagus. Tapi, kenapa bisa tidak naik kelas," kata Lili, Senin (25/6). Bahkan anaknya yang terkenal cerdas dan ceria ini sama sekali tak mau sekolah tahun ajaran depan. "Saya sampai bingung untuk membujuknya," jelas Lili.
Tak hanya itu, sebelum pembagian raport, sejumlah guru di sekolah tersebut sudah mengumunkan perihal siswa yang tinggal kelas. Tentu saja, pengumuman itu membuat mental siswa yang bersangkutan down. Sebab, mereka malu kepada teman-temannya dan orang tua.
Selain itu, kebijakan tidak menaikan siswa ini, tak dibahas dalam rapat antara kepala sekolah, guru (wali kelas) dengan komite sekolah. Seharusnya, prosedur itu ditempuh dulu. Untuk mencari solusi yang lebih baik lagi.
Secara terpisah, Kasi Kurikulum SMKN I Rengasdengklok, Komarudin, membenarkan bila 29 siswanya tidak naik kelas. "Banyak faktor yang menyebabkan mereka tak naik kelas," jelasnya.
Sebenarnya, kata dia, sekolah sudah berkomitmen dengan orang tua murid. Bila ada siswa yang bermasalahl dalam bidang akademik, perilaku dan absensi, maka sanksinya tidak naik kelas. 29 siswa tersebut, merupakan yang bermasalah dengan tiga hal itu.