Senin 25 Jun 2012 03:04 WIB

Jelang Tahun Ajaran Baru, Ini Dia yang Mendadak Muncul

Seragam sekolah (ilustrasi)
Foto: indonetwork.co.id
Seragam sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG---Pedagang perlengkapan dan peralatan sekolah mendadak marak pada sejumlah pasar tradisional di Palembang, Sumatera Selatan, sejak dua pekan terakhir.

Kehadiran para pedagang itu menyikapi tahun pelajaran baru pada tahun ini dengan menawarkan buku tulis, pena, pensil, sampul buku, kotak pensil, pensil pewarna, dan tas.

Rokiyah, pedagang buku tulis di Pasar Perumnas Palembang, Minggu, mengatakan, beralih menjadi pedagang perlengkapan sekolah untuk memanfaatkan kesempatan itu.

"Sebelumnya saya berdagang celana pendek, namun sejak sepekan terakhir beralih jual buku tulis," ujarnya.

Ia pun berharap meraup keuntungan lebih dari biasanya karena minat masyarakat untuk membeli buku tulis terbilang tinggi jika mendekati masuk sekolah pada awal Juli.

Sejumlah pedagang terlihat membuka lapak dagangan secara sederhana dengan hanya beralaskan terpal dan ditutupi payung berukuran lebar.

Namun, tidak sedikit pedagang yang harus menelan kekecewaan karena pembeli relatif sedikit

"Sudah sepekan tapi belum ada lonjakan, masih biasa-biasa saja. Saya juga heran, apakah masyarakat kita yang menurun daya belinya dibandingkan tahun lalu," katanya.

Astik, pedagang lainnya, mengatakan, keadaan itu dipicu menurunnya penghasilan warga masyarakat pada ujung bulan. "Saat ini belum ada kenaikan permintaan, nanti pada awal bulan baru diperkirakan naik," ujarnya.

Harga buku tulis pada pasar tradisional itu relatif murah dibanding toko, supermaket dan mal dengan selisih Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu. Untuk lima buah buku tulis dengan isi 78 lembar senilai Rp 25 ribu, sementara isi 58 lembar Rp 22 ribu.

"Omzet masih stabil Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu per hari, namun saat permintaan melonjak nanti bisa Rp 1,5-3 juta per hari berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Selama 15 tahun berdagang buku tulis, menurutnya daya beli masyarakat dewasa ini kian menurun dibandingkan era tahun 90-an. "Saat ini sulit untuk mendapatkan untung karena yang beli tidak sebanyak dahulu," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement