Sabtu 23 Jun 2012 20:44 WIB

Amien Rais: Penonton Lady Gaga itu Anak-anak Hantu

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Hafidz Muftisany
Amien Rais
Foto: Antara/Syaiful Arif
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG  --  Tokoh Muhammadiyah, Amien Rais, menyindir para fans Lady Gaga yang kecewa sang idola batal tampil di Indonesia. Menurut mantan ketua MPR tersebut sebenarnya lebih banyak yang menolak artis kontroversial tersebut ketimbang yang menginginkannya datang ke Indonesia.

"Lady Gaga itu kan mother monster, ibu hantu. Jadi jika kita datang menontonnya sama saja dengan anak-anak hantu," sindir Amien beberapa waktu lalu di sela-sela acara Sidang Tanwir Muhammadiyah.

Amien mengatakan, saat Lady Gaga hendak datang ke Indonesia lebih banyak yang menolak ketimbang yang setuju. "Tetapi di media seolah-olah yang benar itu adalah yang setuju akan datangnya Lady Gaga. Apa artinya? Kita ini hidup dipengaruhi opini publik yang dibentuk media-media massa sekuler," kata Amien.

Oleh karena itu Amien mengimbau agar lebih banyak lagi para kader Muhammadiyah yang terjun ke dunia media massa. "Menjadi pilar media massa di abad-21 ini adalah wajib khifayah bagi kader Muhammadiyah," katanya. 

Mantan ketua umum PAN itu juga menyayangkan pihak-pihak yang menolak Lady Gaga itu dibilang kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman. "Inilah tantangan umat Islam saat ini. Konglomerasi media massa dengan mudah bisa meninabobokan orang-orang yang tidak memiliki nalar, salah satunya melalui musik," ujar Amien.

Umat Islam, kata Amien, harus memiliki pendirian. "Kita harus seperti ikan. Walaupun berada di tengah lautan yang asin, ikan memiliki mekanisme agar tubuh tetap memiliki rasa tawar. Jika sebuah keluarga tetap melangsungkan shalat berjamaah maghrib, isya, dan shubuh, masih membaca Al-Quran pagi dan sore, dan melaksanakan puasa senin-kamis, maka sebejat apapun dunia, maka keluarga tersebut Insya Allah akan tetap istiqomah," katanya.

Menurut Amien, menyebarkan ajaran Muhammadiyah di zaman sekarang lebih berat ketimbang menyebarkannya pada saat zaman KH Ahmad Dahlan. "Zaman dulu tantangannya itu hanya tiga, yaitu takhayul, bidah, khurafat. Belum ada berbagai macam teknologi seperti televisi, radio, ponsel, dan sebagainya," kata Amien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement