REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO---Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar pesawat jenis Fokker 27 untuk sementara tidak diterbangkan dahulu.
Kepala Negara mengemukakan itu di Rio de Janeiro, Brazil Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, setelah mengucapkan bela sungkawa terhadap korban meninggal jatuhnya pesawat F27 TNI AU di Jakarta.
"Ini sesungguhnya domain TNI, khususnya TNI AU. Tetapi sebagai Kepala Negara (saya minta) jangan terbangkan dulu F27 karena kita sudah punya rencana untuk memodernisasi yaitu dengan N295. Kita juga kerja sama dengan negara lain membeli C130," kata presiden.
Presiden menjelaskan bahwa instruksinya untuk sementara tidak menerbangkan kembali F27 adalah demi ketenangan rakyat.
Pada kesempatan itu, Kepala Negara juga menyampaikan ucapan duka cita kepada enam kru penerbang F27 dan tiga warga sipil yang meninggal dalam kecelakaan tersebut.
"Saya menyampaikan bela sungkawa atas jatuhnya pesawat F27 TNI AU, enam krunya penerbang yang handal dipanggil Tuhan termasuk tiga orang di bawah," katanya seraya menambahkan bahwa laporan sementara dari proses investigasi yang sedang berlangsung menyebutkan adanya masalah mekanik sehingga niat pilot untuk mendaratkan pesawat di areal persawahan tidak berhasil.
Seperti diberitakan, pesawat jenis Fokker 27 milik TNI Angkatan Udara jatuh di daerah perumahan Komplek Rajawali, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Kamis (21/6) sekitar pukul 14.44 WIB. Akibat peristiwa ini, 11 orang tewas.
Jumlah itu terdiri atas tujuh anggota Skadron 2 Landasan Udara Halim Perdana Kusuma TNI Angkatan Udara, yakni Mayor pnb Heri Setiawan (instruktur), Lettu pnb Paulus Adi, Letda pnb Syahroni, Kapt teknik Agus, Serma Simulato, Serka Wahyudi dan Sertu Purwo.
Selain itu, juga menewaskan empat orang warga sipil yang tertimpa badan pesawat Fokker 27 yang merupakan keluarga Mayor (Adm) Johanes Tandi Sosan adalah Ny Onchi (29) yang merupakan adik kandung Johanes, Martina (62) yang merupakan ibu kandung Johanes, anaknya bernama Brian (6), dan Navlin (2) anak dari Ny Onchi.