Jumat 22 Jun 2012 14:06 WIB

Tahlil Tenangkan Demonstrasi Ricuh di Pamekasan

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN - Pembacaan tahlil berhasil menenangkan demonstrasi yang ricuh para petani garam menolak alih fungsi waduk menjadi tempat budi daya rumput laut di kantor pemkab Pamekasan, Jumat (22/6).

Demonstrasi yang sebelumnya diwarnai aksi saling dorong dan saling adu jotos antara demonstran dengan petugas ini lambat laun menjadi tenang, setelah juru bicara demonstrasi itu membacakan kalimat tahlil 'laailaha illallah'.

Saat itu juga massa yang mulai emosi, turut mengucapkan kalimat tahlil dan mereka bergerak mundur sesuai dengan instruksi Zainal Abidin yang saat itu menjadi orator.

Kericuhan pada demonstrasi yang digelar di depan kantor pemkab Pamekasan ini terjadi, karena Bupati Pamekasan Kholilurrahman tidak bersedia menemui mereka, sedangkan para pendemo tetap memaksa dengan cara berupaya memasuki kantor pemkab.

Menurut pendemo, petani perlu bertemu langsung dengan Bupati Pamekasan Kholilurrahman, karena kebijakan menghentikan alih fungsi waduk menjadi budi daya rumput laut ini oleh bupati.

"Kami tidak mau ditemui oleh stafnya, karena sudah beberapa kali melakukan pertemuan, tapi tidak ada hasil yang memuaskan," ucap petani garam lain, Agus Sumantri.

Para demonstran yang datang ke kantor pemkab Pamekasan tidak hanya kaum laki-laki, akan tetapi juga ibu-ibu dan anak kecil. Menurut Agus Sumantri, mereka sengaja datang bersama keluarga, yakni anak dan istrinya, karena keberadaan waduk di Desa Pandan, Kecamatan Galis, Pamekasan itu sangat vital bagi kehidupan masyarakat petani garam.

Ada empat tuntutan yang disampaikan demonstran perwakilan petani garam dan mahasiswa dari GMNI Pamekasan saat menggelar aksi di depan kantor pemkab setempat. Pertama, mereka menolak pengembangan budi daya rumput laut di wuduk Bosem I dan II di Desa Pandan, Kecamatan Galis.

"Tuntutan kedua kami meminta bupati Pamekasan peduli terhadap permasalah petani garam di Desa Pandan ini," tukas Agus Sumantri.

Tuntutan ketiga, para petani garam ini meminta DPRD Pamekasan lebih serius dalam menyelesaikan persoalan tersebut, dengan cara ikut menolak alih fungsi waduk Bosem menjadi tempat budi daya rumput laut yang kini dikelola oleh PT Garam.

Sedangkan tuntutan keempat, para demonstran ini meminta bupati dan DPRD Pamekasan memberikan sanksi terhadap PT Garam, karena menurut petani perusahaan itu tidak memberikan asas manfaat bagi para petani setempat.

Wartawan ANTARA di Pamekasan melaporkan, demonstrasi menolak alih fungsi waduk menjadi tempat budi daya rumput laut ini mulai pukul 09.00 WIB dan hingga pukul 11.09 WIB masih berlangsung. Massa masih bertahan di depan kantor pemkab Pamekasan, menunggu Bupati Kholilurrahman menemui mereka.

"Sampai kapanpun kami akan tetap bertahan di sini, sebelum Kholil menemui kami," kata juru bicara petani garam dari Gerakan MahasiswaNasional Indonesia (GMNI), Zainal Abidin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement