REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mendapat peringkat 63 Negara gagal dari 178 negara. Peringkat ini lebih burukd ari tahun lalu dimana Indonesia mendapat peringkat ke-64. Semakin kecil angkanya, artinya semakin dekat negara itu dikatakan gagal. Tetapi, pemerintah menanggapi peringkat tersebut dengan dingin.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Djoko Suyanto berkelit dan tak menyetujui peringkatan tersebut. "Negara kita pertumbuhannya 6,5 persen lho! Bandingkan dengan negara lain," katanya lewat pesan singkat, Rabu (20/6).
Menurutnya, banyak hal yang tidak dilihat dari perkembangan Indonesia dalam upaya memberikan peringkat-peringkat oleh lembaga The Fund For Peace. Ia mencontohkan kehidupan demokrasi, kebebasan media, dan lain-lain yang tidak diperhitungkan. “Itu kok nggak dilihat,” katanya.
Kalaupun Indonesia dianggap masih ada kekurangan, maka pemerintah pasti memperbaiki. Menurutnya, tidak semua yang ada di Indonesia dikatakan jelek ataupun gagal. “Kemarin di Jayapura ada festival danau Sentani, banyak turis asing dan domestic datang kok gak ada yang angkat ya?” tanyanya.
Kalaupun ada isu penengakan hukum dan HAM yang seringkali menjadi sorotan dunia internasional, Djoko mengatakan isu tersebut bukan hanya dialami Indonesia.
"Ya mari kita perbaiki Bersama. Ini negara kita sendiri, jangan hanya mengeluh dan saling menyalahkan. Kita sinergikan langkah utk mengurangi itu semua,” katanya.
Indonesia bergulir banyak aksi demonstrasi serta kekerasan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Yang ketiga masalah tekanan sosial akibat melebarnya jurang antara yang kaya dan yang miskin.
Di Indeks Negara Gagal tersebut, Indonesia menduduki peringkat lima di antara negara-negara Asia Tenggara. Negara Asia Tenggara yang peringkatnya lebih buruk dari Indonesia adalah Timor Leste, Kamboja, Filipina, dan Laos.