REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Sebagian besar lahan persawahan padi di selatan Kabupaten Sukabumi terkena dampak kekeringan. Bahkan, sekitar 70 persen di antaranya terancam mengalami gagal panen (puso).
‘’Dampak kekeringan mulai terasa di selatan Sukabumi,’’ ujar salah seorang petani di Kecamatan Surade yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Surade, Sahlan, kepada Republika Online, Selasa (19/6). Pasalnya, mayoritas areal pertanian padi di selatan merupakan sawah tadah hujan. Sementara saat ini sudah memasuki musim kemarau dan jarang sekali turun hujan.
Ditambahkan Sahlan, karakteristik tanah di selatan termasuk yang paling tinggi penyerapan airnya. Sedangkan di sisi lain sumber air sangat terbatas.
Menurut Sahlan, sebagian besar petani memang memaksakan untuk menanam padi pada musim tanam kedua pada April lalu. Dampaknya, tanaman padi yang ditanam tersebut mengalami gagal panen.
Sejatinya, ujar Sahlan, para petani tidak lagi menanam padi pada musim tanam kedua. Mereka sebaiknya menanam jenis tanaman palawija seperti kacang kedelai yang tidak terlalu membutuhkan banyak air.
Hal ini untuk menghindari dampak kerugian ketika terjadi kekeringan. Namun, dari pantauan di lapangan masih jarang petani yang menerapkannya. Sahlan mengungkapkan, perubahan tanaman padi menjadi palawija ini hanya diterapkan sebagian petani.
Selain palawija, jenis sayuran dan buah-buahan pun dapat ditanam untuk menggantikan padi. Jenis tanaman yang cocok seperti semangka dan sayuran oyong.
Dari pantauannya petugas dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) belum melakukan sosialisasi mengenai pergantian tanaman menjelang musim kemarau ini. Petugas DPTP hanya mendata terkait perkembangan data tanaman padi.
Dari data DPTP Kabupaten Sukabumi, areal pertanian yang seringkali mengalami kekeringan adalah daerah selatan. Misalnya Ciemas, Surade, Waluran, Kalibunder, Jampang Kulon, Cimanggu, Lengkong, Cikembar, Cicantayan, Parungkuda, Cisaat, Cicurug, Cidadap, dan Cidahu.
Jumlah lahan yang mengalami kekeringan pada 2011 lalu mencapai ratusan hektare. Ratusan hektare tersebut mengalami kerusakan ringan, sedang hingga berat.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Sukabumi, Acep Sopian mengatakan HKTI juga memantau permasalahan dampak kekeringan. Namun, hingga kini HKTI masih fokus pada pembenahan lembaga.
Pasalnya, kepengurusan HKTI Sukabumi baru terbentuk baru-baru ini.
Kepala DPTP Kabupaten Sukabumi Sudrajat menyatakan, untuk membantu petani menghadapi kekeringan DPTP biasanya menyediakan alat pompa. Keberadaan alat pompa ini disebar ke sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan.
DPTP kata Sudrajat, telah menerjukan petugas untuk memantau dampak kekeringan di daerah. Mereka dikerahkan ke lapangan untuk membantu kesulitan petani dalam menghadapi kekeringan.