Senin 18 Jun 2012 16:18 WIB

Indonesia perlu waspadai Krisis di Eropa

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dewi Mardiani
Krisis Eropa (ilustrasi)
Krisis Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Center for Strategic and International Studies (CSIS), Pande Radja Silalahi, mengatakan Uni Eropa harus melakukan penghematan besar-besaran. Yunani masih harus melakukan pemotongan anggaran agar negaranya tak terlalu jauh jatuh ke dalam resesi. Pihaknya juga menegaskan agar Indonesia perlu mewaspadai krisis di Eropa ini.

"Pengangguran di Yunani itu 20 persen. Artinya, satu dari dua orang di Yunani tak bekerja," kata Pande di Jakarta, Senin (18/6). Ia menilai Yunani sedang tergopoh-gopoh mengatasi krisis di negaranya. Pande menghimbau pemerintah Indonesia juga menyikapi secara cermat. Seperlima investasi dunia, kata Pande, berasal dari Uni Eropa.

Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, mengatakan pasar eskpor ke Eropa akan banyak berkurang. Pasar negara lain yang menuju ke Eropa akhirnya berinvestasi Indonesia, misalnya Cina.

Sayangnya, kata dia, investasi di Indonesia tersebut hanya dalam bentuk portofolio, seharusnya investasi langsung (direct investment). Misalnya, lanjut dia, pembangunan infrastruktur pelabuhan interkoneksi. "Direct investment itu mendatangkan pertumbuhan besar untuk negara. Jika hanya parkir di portofolio, Indonesia semakin merugi," kata Suryo.

Seperti diketahui, enam sektor industri kecil di Indonesia telah gulung tikar akibat tergerus perjanjian perdagangan dengan Cina. Selama ini, direct investment selalu terkendala akibat belum siapnya aturan yuridis di Indonesia. Misalnya ketentuan perbankan asing yang akan merger dengan perbankan nasional. Hingga sekarang, aturan hukumnya masih belum mantap.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement