Senin 18 Jun 2012 15:49 WIB

Pengamat: Tim Ekonomi SBY Ciptakan Ekonomi yang Rapuh

Rep: Fitria Andayani/ Red: Dewi Mardiani
Surat utang negara
Surat utang negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tim ekonomi kabinet SBY – Boediono dianggap tidak berhasil menghadirkan kondisi ekonomi yang benar-benar stabil. Ekonomi Indonesia dinilai masih sangat rapuh karena digerakkan oleh sumber pertumbuhan yang berbahaya, seperti konsumsi dan utang.

Pengamat Ekonomi, Salamuddin Daeng, menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesiua dalam satu dasawarsa terakhir menunjukkan sifat anomali. “Satu sisi ekonomi tumbuh, namun di sisi lain kesejahteraan rakyat merosot. Masih banyak masyarakat yang bertambah miskin,” ujarnya, Senin (18/6).

Hal ini, menurutnya, dikarenakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh sumber-sumber pertumbuhan yang tidak kuat dan cenderung rapuh. Salah satu penggeraknnya adalah utang.

“Utang luar negeri Indonesia nilainya semakin tinggi,” katanya. Pada Februari 2012, utang luar negeri swasta mencapai 109,1 miliar dolar AS. Sedangkan utang luar negeri pemerintah dan otoritas moneter mencapai 118,6 miliar dolar AS. Sementara utang yang berasal dari SUN sebanyak Rp 707,4 triliun. Dengan demikian, total utang Indonesia mencapai Rp 2.870 triliun atau mencapai 45 persen dari PDB. “Utang ini bertambah setiap tahunnya dan kemudian menjadi sumber pendapatan lantas menggerakkan ekonomi,” katanya.

Ekonomi Indonesia juga didorong oleh peningkatan nilai konsumsi masyarakat yang bersumber dari naiknya harga sandang dan bahan pangan. Selain itu, ditopang dari pertumbuhan kredit khususnya kredit konsumsi. "Tingginya impor bahan-bahan pangan seperti beras, gandum, gula, garam, kedelai, menjadikan pertumbuhan konsumsi barang impor semakin membahayakan," ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi pun dipicu oleh investasi luar negeri yang semakin mendorong penguasaan sumber daya alam, keuangan, perbankan oleh asing. Ia mencontohkan rencana penjualan Bank Danamon ke Singapura dengan total nilai transaksi diperkirakan mencapai Rp 45,2 triliun. "Ini dapat menjadi faktor terbesar pertumbuhan ekonomi tahun ini," ujar nya.

Ekspor bahan mentah seperti bahan tambang mentah, migas, hasil perkebunan, dan hutan juga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang rapuh. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menggunakan sumber-sumber tadi akan berdampak pada semakin merosotnya kesejahteraan rakyat,” ujarnya. Kesenjangan sosial semakin tinggi, serta tergerusnya kedaulatan nasional oleh investor asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement