REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan sewaktu kanak-kanak meninggalkan kesan mendalam. Itulah yang dirasakan Prof Dr Achmad Ali SH.
''Saat yang paling membahagiakan adalah waktu berbuka dibuatkan bubur ayam oleh nenek,'' kenang Achmad Ali, yang saat itu menjabat komisoner Komnas HAM kepada wartawan Republika, Subroto. Kenangan masa kecil sang guru besar yang wafat pada Ahad (17/6) itu pernah dimuat Harian Republika pada edisi Senin, 01 Nopember 2004.
Menurut Guru Besar Universitas Hasanuddin itu, yang membuat dia terkesan, bubur ayam itu hanya dibuatkan neneknya tiap Ramadahan tiba.
''Kadang saya seperti ingin merasakan suasana itu kembali.''Lainnya, yang dia tidak pernah lupa, waktu sahur, ketika ia masih kecil, ayah dan ibunya selalu membangunkan. Masa-masa buka bersama dan sahur bersama adalah masa-masa yang penuh kenangan.
''Hal lain yang mengesankan adalah ketika kecil tiap malam kami bersama saudara-saudara dan Om-om saya Shalat Tarawih di masjid.''
Pemenang Dan VI karate itu mengaku menjalani kehidupan beragama yang cukup ketat di rumah. Achmad Ali kecil tinggal dalam keluarga besar. Ada sekitar 20 orang yang tinggal dalam keluarga besar itu, dengan kakeknya sebagai kepala keluarga. Kakek Achmad Ali adalah seorang kiai di Makassar.
''Setiap shalat di rumah kami selalu berjamaah. Maghrib adan Isya harus berjamaah.'' Sewaktu dia masuk SD, kalau pulang sekolah masuk rumah belum mengucap Assalamualaikum, oleh kakeknya pasti disuruh keluar lagi. ''Setelah mengucapkan salam baru boleh masuk,'' cerita pria kelahiran Makassar 9 November 1952 itu.
Kini, Achmad Ali mengaku menjalani Ramadhan yang berbeda dengan masa kanak-kanaknya. Ketua Program S3 Ilmu Hukum di Unhas menjalani kehidupan di dua kota, Makassar dan Jakarta. Kesibukannya mengajar di berbagai perguruan tinggi menuntutnya untuk menjalani aktifitas seperti itu.Lulusan S2 di UGM dan S3 di Unhas ini mengatakan merasakan kebahagiaan jika bisa berkumpul dengan keluarga. Seperti pekan lalu, anaknya yang sudah SMA libur. Dengan begitu dia bisa menjalani puasa, berbuka, dan sahur bersama keluarga di Jakarta.
Tidak seperti ketika kanak-kanak, Achmad Ali mengatakan kini tak punya menu khusus lagi untuk berbuka.
''Tak ada yang khas, apa saja yang tersedia dinikmati. Kadang berbuka di luar. Bahkan saya biasa membeli nasi Padang,'' tuturnya.Namun kata Achmad Ali, satu yang tidak dia tinggalkan, adalah pesan kepada anaknya.''Saya selalu ingatkan jangan meninggalkan shalat lima waktu. Kerena percuma saja kita berpuasa kalau tidak shalat.''