REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu memperdalam pasar keuangan berbasis syariah. Saat ini baik kapitalisasi pasar modal maupun total aset perbankan syariah Indonesia masih lebih rendah dari Malaysia.
Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad menyatakan, saat ini pasar keuangan berbasis syariah Indonesia masih dangkal sehingga perlu dilakukan evaluasi mendasar. “Apakah ada yang salah. Jangan-jangan karena kita terlalu protektif sehingga industry ini tidak kuat. Apakah karena kita terlalu membiarkan industri ini fokus pada pasar tertentu saja. Jadi perlu evaluasi, sehingga bisa memenuhi kebutuhan jasa keuangan masyarakat,” ujarnya, Jumat (15/6).
Oleh karena itu, OJK perlu mengambil peran untuk meningkatkan pasar keuangan syariah. Salah satu caranya dengan menyusun strategi pengembangan perbankan syariah sejalan dengan UU Perbankan Syariah, termasuk kebijakan pemenuhan SDM.
“Memacu inovasi produk perbankan syariah dengan semangat kesetaraan pelayanan dengan bank konvensional dan keunggulan produk yang lebih bervariasi,” katanya. Dengan begitu diperlukan penyempurnaan aturan untuk pengembangan produk dan layanan IKNB berbasis Syariah.
Ke depan industri perbankan syariah Indonesia diharapkan semakin fokus kepada fungsi intermediasi yang berdampak nyata bagi sektor riil. “Tidak hanya UMKM yang merupakan fokus pembiayaan bank syariah selama ini namun juga kepada target pembiayaan lainnya,” katanya. Bahkan, skim pembiayaan dimungkinkan untuk mendanai proyek-proyek pemerintah pada program MP3EI (Master plan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia).