REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Boediono mengkritik pendidikan berorientasi Ujian Nasional (UN). Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM itu mendidik anak-anak didik tidak sekedar mempersiapkan mereka lulus UN.
"Saya ingin mengingatkan kepada kita semua mengenai hakekat dan tujuan pendidikan. Mendidik anak-anak didik kita bukan sekedar mengajarkan kurikulum wajib setiap hari atau sekedar mempersiapkan mereka untuk lulus Ujian Nasional," kata Boediono saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Gedung Tenis Indoor Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Rabu (13/6).
Mendidik mereka adalah membukakan pintu bagi anak-anak didik kita untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang utuh, sebagai manusia yang berbudi mulia, menjadi warga negara yang baik dan nantinya sebagai pemimpin-pemimpin bangsa yang baik.
Menurut Boediono, mendidik bukan sekedar mengembangkan kemampuan nalar anak didik kita, tetapi sangat penting juga membangun karakternya. "Jadi, pendidikan tidak hanya menyangkut membangun kemampuan otak anak didik kita, tapi juga menyangkut menumbuhkan kemampuan hati mereka," katanya.
Boedono mengajak semua pihak bertanya dengan jujur pada diri masing-masing. "Sudahkah kita melaksanakan misi pendidikan dengan baik? Sudahkah kita melaksanakan pendidikan bagi anak-anak didik kita yang seimbang antara mendidik otak dan mendidik hati mereka?" tanya Boediono.
UN telah menjadi kontroversi di masyarakat karena pelaksanaannya dianggap tidak berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu UN juga dianggap gagal menjadi parameter mutu dan pemerataan pendidikan di tanah air. Meskipun demikian Kemendikbud bersikukuh untuk tetap memakai UN sampai tahun-tahun mendatang.