Rabu 13 Jun 2012 11:48 WIB

Aduh, Ada 67 Titik Api di Sumatera

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru manyatakan satelit NOAA 18 mendeteksi kemunculan sebanyak 67 titik api (hotspot) di Pulau Sumatra dengan sebaran terbanyak berada di Sumatra Utara.

"Jumlah titik api tertinggi di Sumatra Utara, yakni mencapai 24 titik," kata analis BMKG Pekanbaru Aristya Ardhitama yang ditemui ANTARA di ruang kerjanya di Pekanbaru, Rabu.

Selain Sumatra Utara, kata dia, kemunculan titik api terbanyak juga terdeteksi di Provinsi Riau dengan jumlah yang mencapai 15 titik.

Kemudian, lanjut dia, Sumatra Selatan yakni dengan jumlah yang mencapai sembilan titik dan Bengkulu ada sebanyak delapan titik.

Disusul kemudian Lampung ada sebanyak empat titik api, demikian Ardhitama, selanjutnya yakni Sumatra Barat ada tiga titik api dan Jambi dua titik.

"Untuk Aceh dan Provinsi Bangka Belitung masing-masing hanya ada satu titik api," katanya,

Ardhitama mengatakan, untuk kemunculan titik api (hotspot) di Riau tersebar di lima wilayah kabupaten/kota, diantaranya adalah Rohan Hilir terdapat sebanyak lima titik.

Begitu juga dengan Kabupaten Pelalawan, demikian Ardhitama, yakni ada sebanyak lima titik, sementara Rokan Hulu dan Indragiri Hulu masing-masing dua titik api.

"Sisanya yakni Kabupaten Kuantansingingi terdeteksi satelit hanya satu titik api," katanya.

Menurut Ardhitama, pertumpuhan titik api pada Juni 2012 cenderung fluktuatif, terkadang bisa meningkat, namun terkadang juga justru menurun.

Seperti pada beberapa hari terakhir, katanya, titik api yang sebumnya di Sumatra sempat terdeteksi NOAA mencapai 80 titik, terakhir kembali menurun jumlahnya menjadi tinggal 67 titik.

Bahkan, kata Ardhitama, sebelumnya kemunculan titik api terbanyak berada di Riau, yakni dengan jumlah yang mencapai 33 titik dan Sumatra Utara hanya sekitar delapan titik.

Namun akibat pemanasan suhu udara di Sumatra Utara yang kian drastis, yakni mencapai 37 derajat Celsius, menyebabkan terjadinya percepatan pertumbuhan 'hotspot'.

"Kondisi demikian yang memang terjadi pada musim kemarau seperti sekarang. Untuk itu, kami mengimbau masyarakat agar waspada kebakaran hutan dan lahan. Terlebih, jangan membakar lahan untuk kepentingan apapu, termasuk memperluas areal perkebunan," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement