Selasa 12 Jun 2012 19:10 WIB

Harga Karet Anjlok Rp 5.000 per Kilogram

Rep: Maspril Aries/ Red: Heri Ruslan
Perkebunan Karet (Ilustrasi)
Foto: AGROBISNIS-ONLINE.BLOGSPOT.COM
Perkebunan Karet (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

PALEMBANG -- Petani karet di Sumatera Selatan (Sumsel) mulai khawatir menyusul harga jual komiditi karet yang terus turun.  Di beberapa daerah sentra penghasil karet harga harga karet anjlok sampai Rp 5.000 per kilogram.

Harga karet di Kabupaten Empat Lawang anjlok dari harga sebelumnya Rp 8.000/ kg,  pada Selasa (12/6), harga karet di pasar Tebing Tinggi anjlok menjadi Rp 5.000/ kg.  Junaidi petani karet  dari Kecamatan Tebing Tinggi mengaku sempat kaget saat karet yang hendak dijualnya hanya dihargai Rp 5.000/ kg.

“Mungkin saja besok atau lusa harga karet bisa di bawah harga beras. Kalau sudah begitu bagaimana petani bisa memenuhi kebutuhan pokok,” katanya.

Pedagang pengumpul di pasar Tebing Tinggi mengaku terjadi penurunan harga karet.  Menurut beberapa pedagang pengumpul, anjloknya harga karet bukan hanya terjadi di Empat Lawang  tetapi juga di daerah lain di Sumatera Selatan.  “Harga karet di pasar internasional juga turun sekarang,” kata seorang pedagang tanpa menyebutkan berapa harga karet tersebut.

Petani karet di Kabupaten Banyuasin juga mengeluhkan anjloknya harga karet. Di daerah yang bertetangga dengan Kota Palembang tersebut  harga karet sudah sejak awal pekan ini hanya Rp 6.000 per kilogram.

Petani karet di Kecamatan Banyuasin III mengaku sudah merasakan anjloknya harga karet sejak dua pekan terakhir.  Menurut Imron petani karet di Banyuasin, harga karet awalnya Rp 8.500 per kilogram kemudian turun secara perlahan jadi Rp 7.000 per kilogram dan akhir pekan lalu anjlok sampai ke harga Rp 6.000 per kilogram. Harga karet di Banyuasin dengan kualitas baik sempat menjangkau harga tertinggi Rp 15 ribu per kilogram.

Imron dan beberapa petani karet di Banyuasin berharap agar harga karet kembali  normal sampai pada harga Rp 12 ribu per kilogram. 

Para petani khawatir jika harga terus anjlok, para petani tanaman keras itu akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup khususnya kebutuhan pokok.

“Apa lagi bulan depan sudah tahun ajaran baru perlu uang untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak dan setelah itu memasuki bulan Ramadhan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement