Senin 11 Jun 2012 18:23 WIB

Babi Hutan Menggasak Puluhan Hektar Lahan, Petani Merugi

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Babi Hutan (ilustrasi)
Babi Hutan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN—Lahan tanaman pangan yang berada di wilayah Desa Wonorejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang ‘diserang’ kawanan babi hutan. Akibatnya puluhan hektar berbagai komoditas pangan di wilayah ini rusak dan gagal panen.

Serangan terparah hama babi hutan ini terjadi di Dusun Mranak. Sedikitnya 15 hektare tanaman pangan --yang terdiri atas singkong, kacang tanah dan jagung-- milik warga rusak. Akibatnya, masa panen yang sudah di depan mata gagal terlaksana. 

Sejumlah petani mengaku bakal merugi jutaan rupiah akibat tanaman mereka rusak dimangsa babi hutan ini. “Tiap petani minimal akan merugi hingga Rp 1 juta hingga Rp 4 juta,” jelas Slamet (48), salah seorang petani Dusun Mranak, Senin (11/6).

Menurut dia, total lahan pangan garapan petani di dusun ini mencapai luasan 71 hektare. Luasan lahan pertanian yang diserang babi hutan ini hampir separuhnya. Tiap petani --rata- rata-- memiliki tanaman kacang tanah dan jagung paling sedikit 0,5 hektare.

“Meski tidak semua tanaman diserang, namun banyak tanaman yang rusak. Karena tiap hari kawanan babi hutan ini bias memakan empat sampai enam batang tanaman jagung,” ujarnya.

 

Nyono (50), petani lainnya menambahkan, untuk sekali panen kerugian akibat ulah celeng itu bisa mencapai 50-200 kilogram perhektar. Bila diuangkan dengan estimasi harga jagung perkilogramnya Rp 2000, kerugian petani untuk sekali masa panen mencapai Rp 100 hingga Rp 200 ribu.

“Ini baru milik seorang petani, sementara ada puluhan lahan pertanian yang diserang ini milik lebih dari 20 orang petani,” jelasnya.

Untuk mengusir kawanan babi hutan ini, para petani juga memasang berbagai kaleng yang dibuat sedemikian rupa hingga dapat menimbulkan bunyi- bunyian. “Untuk sementara cara ini cukup ampuh untuk mengurangi luasan lahan yang diserang babi hutan,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement