REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Siang itu, ada yang berbeda di kawasan Jalan Moh Yamin di depan Monumen Perjuangan Rakyat, Denpasar, Bali. Sejak pagi, sejumlah orang sudah mulai berdatangan dan memadati areal tersebut. Semakin siang, jumlahnya tak berkurang.
Alunan gamelan khas Bali terdengar saling bersahutan dari satu panggung ke panggung lainnya. Gamelan Gong Gede Saih Pitu, Gamelan Semara Pagulingan, dan Gamelan Jegog dipasang sekitar areal perhelatan akbar yang rutin diadakan di Bali setiap tahunnya.
Kali ini, Pesta Kesenian Bali (PKB) kembali digelar. Pesta ini langsung dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pukul 14.00 WITA. Pagelaran ini sudah kali ke 34 dan akan digelar selama sebulan dari 10 Juni hingga 9 Juli dan akan menampilkan puluhan agenda pementasan, baik dari lokal maupu internasional, seperti India, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan tema yang diambil, yakni Paras-Paras Sarpanaya atau Dinamika Dalam Kebersamaan. Pawai PKB ini tetap berbentuk prosesi yang menyajikan beragaman keseniaan Bali dan Nusantara. "Tetapi, ada nuansa baru dalam pawai baik dari segi peserta maupun bentuk dan tata penyajiannya," katanya saat memberikan sambutan, Ahad (10/6).
Ia mengatakan peserta pawai PKB diperluas, tidak hanya diikuti oleh duta kebupaten/kota tetapi juga oleh instansi-instansi lainnya yang ingin menampilkan kreatifitas dalam PKB. Contohnya, duta-duta dari perguruan tinggi, UNHI, IHDN, UNWAR, dan UNUD. Tak hanya itu ada pula peserta dari luar daerah seperti Mataram, Palembang, Palangkaraya, Maluku, keluarga Etnis Batak, dan Pemuda Konghucu Bali.
Dalam pawai ini pula penyajiannya tak hanya dengan atraksi berjalan, tetapi ditambah dengan atraksi seni di ataas panggung berjalan pada beberapa kelompok garapan setiap kontingen.