Jumat 08 Jun 2012 20:49 WIB

Kritis, 100 Spesies Burung Amazon di Ambang Punah

Rio Branco, salah satu spesies burung di Hutan Amazon yang kritis di ambang kepunahan
Rio Branco, salah satu spesies burung di Hutan Amazon yang kritis di ambang kepunahan

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO –  Sejumlah daftar spesies burung di Amazon menghadapi bahaya kepunahan. Angka itu meningkat tajam karena habitat hutan hujan tropis mereka dibabat untuk ruang bagi peternakan dan pertanian.

Menurut grup konservasi, BirdLife International, secara global, 1.331 tipe burung atau 13 persen dari total 10.064 spesies burung dunia, terdaftar sebagai berisiko punah tahun ini. Mereka masuk Daftar Merah Spesies Terancam yang dikeluarkan oleh nternational Union for Conservation of Nature. Angka itu naik dari sebelumnya  1.253 spesies diklasifikasikan terancam pada daftar tahun lalu.

Lonjakan terbesar datang dari Amazon, di mana 100 spesies unggas Amazon kini masuk dalam Daftar Merah. Tiga dari mereka berkategori berisiko tinggi 'di ambang kepunahan'.

Padahal hanya 10 yang terdaftar tahun lalu dari kawasan hutan tersebut. Lonjakan tiba-tiba itu terkait tren deforestasi masa depan yang diprediksi mempercepat perusakan hutan dalam beberapa dekade.

"Kami sebelumnya meremehkan risiko kepunahan yang banyak dihadapi spesies burung Amazon," ujar Leon Bennun, direktur BirdLife dalam pers rilis. "Mengingat kondisi hutan Brasil kian melemah, situasi bisa jadi lebih buruk ketimbang yang diprediksi studi," ujarnya mengacu kepada Kode Hutan terbaru Brasil yang melonggarkan perlindungan terhadap Amazon dan diharapkan berlaku pada beberapa bulan lagi.

Salah satu spesies ialah burung pemakan semut, Rio Branco, yang terlempar ke kategori 'kritis diambang kepunahan' tahun ini dari sebelumnya hanya 'hampir terancam' pada 2011.

Burung pemakan semut itu memiliki rentang hidup relatif panjang, 10-12 tahun. Kondisi yang membuat burung hitam kecil dengan tanda putih di sayap itu sulit bertahan ialah adaptasi di lingkungan hutan yang rusak, papar jurubicara BirdLife, Martin Fowlie.

Lalu ada pula burung kecil berwarna oranye karat dengan titik-titik coklat putih di area leher. Burung itu tinggal secara eksklusif di kantong hutan kawasan tepi utara dari Amazon, dekat perbatasan Brasil dengan Guyana. Dengan lahan kian sempit akibat dibuka untuk keperluan ternak dan produksi kedelai, jumlah burung ini diprediksi merosot hingga 80 persen dalam satu dekade ke depan.

Namun masih ada sedikit harapan. Satu jenis burung hitam dari Brasil, Restinga Antwern, turun peringkat dari semula kritis diambang punah menjadi hanya diambang punah. Kabar baik itu muncul setelah taman nasional didirikan tahun lalu untuk melindungi habitatny yang terletak di pinggir pantai Atlantik, timur laut Rio de Janeiro.

Kisah sukses lain ialah Rarotanga monarch, burung penangkap peterbang berwarna putih abu-abu yang tinggal di kawasan kepulauan Cook, Pasifik Selatan. Sebelumnya ini adalah satu dari jenis spesies langka dengan populasi menurun hingga kurang dari 40 individu. Statusnya kini turun dari 'kritis di ambang punah' menjadi 'rentan'. Kesuksesan itu juga berkat kontrol terhadap pemangsa asing. Populasinya kini melonjak hingga 380-an individu.

BirdLife International meneliti dan mengembangkan seluruh bagian unggas dan burung dalam daftar Red List (Daftar Merah). Daftar Merah kini terdiri hampir 6.200 spesies tumbuhan dan hewan dengan status yang terus dipantau oleh para pegiat konservasi.

sumber : USA Today
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement