REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Provinsi Kalimantan Barat tahun 201 ini akan membeli listrik dari Malaysia untuk memenuhi energi listrik pada dua kecamatan perbatasan, yakni kecamatan Sajingan di Kabupaten Sambas, dan di Badau, Kabupaten Kapuas Hulu.
"Membeli listrik dari Malaysia dengan pertimbangan, karena kedua kecamatan itu berbatasan langsung dengan Sarawak-Malaysia Timur," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalbar Agus Aman Sudibyo di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan, untuk pemenuhan energi listrik di wilayah perbatasan memang lebih baik membeli energi listrik dari Sarawak-Malaysia.
"Itu karena harga produksi listrik Malaysia jauh lebih murah, dibandingkan harga produksi dari PLN, yakni kalau dirupiahkan seharga Rp900 per kwh sedangkan biaya produksi PLN senilai Rp2.500 per kwh," jelas Agus Aman.
Ia menilai, dengan jauhnya perbedaan harga tersebut sangat tidak sebanding. "Selisihnya jauh sekali, kalau harus bangun sendiri dana kita masih terbatas, jadi ya beli saja untuk program jangka pendek," ungkapnya.
Lebih lanjut Mantan Kepala Dinas Kehutanan Kalbar itu mengatakan, pembelian listrik dari Malaysia dinilai sah-sah saja. Mengingat, itu merupakan bagian dari nota kesepahaman yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN, yakni dengan fokus membangun jaringan listrik antarnegara hingga tahun 2025.
Listrik yang akan dibeli PT PLN Wilayah Kalbar masing-masing sebesar 400 kilowatt untuk daerah Nanga Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, dan 200 kilowatt untuk Aruk di Kabupaten Sambas.
Kedua daerah tersebut belakangan ini tidak lagi mendapat suplai listrik dari PT PLN karena biaya operasional PLN untuk wilayah itu sangat tinggi.
Pembelian listrik dari Malaysia semacam ini diharapkan hanya sementara, hingga proses pembangunan dua pembangkit listrik tenaga uap di Kalbar selesai.
Kedua PLTU terkait diharapkan bisa memenuhi kebutuhan listrik pada beban puncak yang mencapai 240 MW, bahkan Kalbar berencana menjual kelebihan dayanya ke Sarawak.