Kamis 07 Jun 2012 14:03 WIB

Evakuasi WNI Lambat di Suriah, Migrant Care Bentuk Posko Pengaduan

Rep: Lingga Permesti/ Red: Heri Ruslan
 Unjuk rasa mengutuk aksi pembantaian penduduk sipil Houla, yang dilakukan oleh warga Suriah yang tinggal di Tripoli,Lebanon, Sabtu (3/6).
Foto: AP
Unjuk rasa mengutuk aksi pembantaian penduduk sipil Houla, yang dilakukan oleh warga Suriah yang tinggal di Tripoli,Lebanon, Sabtu (3/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah menyayangkan lambannya proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Suriah.

"Kekerasan semakin panas, korban semakin banyak, sementara dari perkiraan data, setidaknya ada 15 ribu buruh migrant yang bekerja di Suriah," kata Anis dalam siaran pers, Kamis  (7/6).

Saat ini, katanya, baru 233 orang yang dievakuasi dari Suriah. "Ketiadaan data selalu menjadi alibi pemerintah Indonesia yang menyebabkan evakuasi lambat.

Semestinya, papar dia, kemenakertrans bisa segera menginstruksikan seluruh disnaker di seluruh Indonesia untuk membuka pengaduan bagi keluarga buruh migrant di Suriah.

''Pemerintah cenderung pasif,'' cetusnya.

Merespons situasi tersebut, Migrant CARE berinistif membuka posko pengaduan bagi keluarga buruh migrant di Suriah.

Posko tersebut dibuka di tujuh provinsi, yakni Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa barat, NTT, NTB dan Banten dengan 20 Posko Pengaduan.

Keluarga buruh migran dapat mengadukan ke posko-posko tersebut. Posko- posko tersebut akan mendata dan mengirimkan ke Migrant CARE untuk kemudian diserahkan kepada Kemenlu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement