REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam sambutannya di hari lingkungan hidup sedunia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan adanya bahaya perubahan iklim yang terjadi belakangan.
“Saat ini, fenomena perubahan iklim sudah menjadi ancamanan serius bagi ketahanan pangan dan keselamatan banyak warga dunia,” katanya di Istana Negara, Selasa (5/6).
Ia mengatakan, informasi terkahir mengenai konsentrasi gas karbondioksida di atmosfir telah mencapai 400 ppm (parts per million) di Kutub Utara. Peningkatan konsentrasi tersebut akan meningkatkan suhu rata rata permukaan bumi sebesar 3 derajat celsius.
Sementara pada saat ini saja, kenaikan suhu permukaan bumi sebesar 1.9 derajat celsius telah menyebabkan berbagai bencana iklim, termasuk kenaikan permukaan air laut yang telah menenggelamkan 24 pulau kecil selama periode 2005-2007.
“Dengan berbagai kejadian tersebut di atas, terbukti model pembangunan yang selama ini kita anut perlu diperbaiki, agar lebih kuat, lebih mampu bertahan terhadap gejolak pasar dunia, dan bersahabat dengan lingkungan,” katanya.
Presiden SBY pun menyerukan perubahan model pembangunan ke arah Ekonomi Hijau yang telah menjadi komitmen Indonesia. Hal itu tercermin dari rencana penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26 persen sampai 41 persen, melalui pembangunan ekonomi rendah emisi karbon.
“Strategi pembangunan kita untuk mencapai ekonomi hijau adalah menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7 persen sembari menurunkan emisi karbon sebanyak 26 persen, dari proyeksi emisi kita di tahun 2020,” katanya.
Menurutnya, pendekatan pembangunan ekonomi tersebut merupakan lompatan besar untuk meninggalkan praktek pembangunan ekonomi di masa lalu, yang mementingkan keuntungan jangka pendek tapi mewariskan berbagai permasalahan lingkungan.