REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -— Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menyambut baik rencana pengelolaan gulma eceng gondok Rawapening untuk diolah menjadi pakan ternak. Pemprov sangat berkepentingan kiat ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi paceklik pakan ternak saat musim kemarau tiba.
“Silakan saja, kami justru senang jika tanaman pengganggu itu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak,” ungkap Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo, di Unit Pengelola Teknis (UPT) Pusat Inseminasi Buatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di Ungaran, Selasa (5/6).
Menurut Gubernur, peternakan di Jawa Tengah, khususnya sapi dan kambing, hingga saat ini masih mengalami kesulitan dengan masalah ketersediaan air serta kontinyuitas pakan ternak saat musim kemarau datang. Satu ekor sapi, untuk penggemukan, tiap hari membutuhkan pakan tambahan sedikitnya tujuh kilogram, air untuk minum 40 liter, serta rumput segar mencapai 50 kilogram. Kebutuhan ini akan sulit dipenuhi untuk daerah yang selama ini menjadi daerah langganan kekeringan.
Tanpa adanya langkah-langkah untuk menjaga ketersediaan pakan ini, peternakan di Jawa Tengah akan sulit menjaga stabilitas produksinya. “Pada saatnya, Jawa Tengah akan kesulitan mewujudkan swasembada daging pada tahun 2014 nanti,” tegas Bibit.
Sebelumnya, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof Dr Balthasar Kambuaya, menegaskan salah satu program revitalisasi lingkungan Rawapening adalah mengolah gulma eceng gondok menjadi pakan ternak. Hal itu disampaikannya saat kunjungan ke Kabupaten Semarang.
Menurut Bibit, hal ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi penanganan masalah di Rawapening. Karena untuk membersihkan eceng gondok dari permukaan air di Rawapening tak cukup dalam waktu satu tahun. “Kalau eceng gondok tersebut daunnya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak akan lebih bagus. Karena selama ini tanaman ini hanya diambil batangnya dan dikeringkan untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku industri UKM,” tambahnya.