REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Saat ini wilayah di provinsi DIY telah memasuki musim kemarau. Dengan intensitas hujan rendah dan terjadi suhu cukup ekstrim di malam dan siang hari.
''Malam hari suhu udara lebih dinggin dibandingkan siang hari bahkan bisa sampai 22 derajat Celcius, sedangkan siang hari paparan sinar matahari terasa panas dengan suhu sekitar 31-32 derajat Celcius,''kata Kepala Stasiun Geofisika kelas I Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta pada wartawan, Selasa (5/6).
Dari pengamatan jangka pendek, musim kemarau telah dimulai sejak awal Juni dan diprediksi akan berakhir sampai bulan Oktober. Namun demikian, pada awal musim kemarau ini, hujan masih memungkinkan terjadi dengan intensitas kecil. ''Minggu ini hujan masih tetapi hanya rintik-rintik seperti di Kaliurang,''ungkap dia.
Sampai saat ini, dia menambahkan, belum ada prediksi tahun ini akan terjadi musim kemarau panjang. Karena sekarang masih pengamatan jangka pendek. Mengenai La- Nina maupun El-Nino juga belum bisa diprediksi .
Selama sepuluh hari kedepan rata-rata curah hujan akan kurang dari 50 milimeter. Di wilayah Gunungkidul kemungkinan sudah tidak terjadi hujan. Perbedaan suhu yang ekstrim dan curah hujan yang semakin kecil merupakan pertanda masuknya musim kemarau.
Lebih lanjut dia mengatakan kondisi gelombang laut kemungkinan masih tinggi dan terdeteksi sampai tiga meter. Namun kemungkinan mulai tanggal 8 Juni tinggi gelombang sudah normal.
Karena adanya perbedaan tekanan udara , kemungkinan potensi terjadinya angin kencang bisa terjadi. Karena itu masyarakat diminta mewaspadai hal itu. ''Sebaiknya pohon-pohon yang terlalu tinggi ditebang,''saran dia