Senin 04 Jun 2012 22:22 WIB

Boraks-Formalin pada Jajanan Sekolah Ancam Kualitas SDM

Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) membeli jajanan harum manis (gulali kapas) di pekarangan sekolah mereka.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) membeli jajanan harum manis (gulali kapas) di pekarangan sekolah mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Pembiaran penggunaan bahan kimia, baik untuk pengawetan bahan makanan maupun pewarna, yang biasa ditemukan pada jajanan di sekolah bukan tidak mungkin akan menjadi ancaman serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) khusususnya bagi generasi muda pada masa-masa yang akan datang.

Hal ini diungkapkan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya pada Sosialisasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) melalui Focus Group Discussion (FGD) Lintas Sektor Tingkat Provinsi NTT di Kupang, Senin (4/6).

Bagi Lebu Raya, berbagai bahan kimia, pengawet, dan pewarna buatan merupakan bahan campuran yang sudah sekian lama dan lazim dipakai oleh pengusaha jajanan di sekolah.

Adapun tujuannya menambah rasa, mengawetkan, dan meningkatkan daya tarik anak-anak terhadap produk-produk jajanan. Namun, mereka kerpa tak mempertimbangkan bahaya yang bakal timbul jika anak-anak sekolah mengonsumsi jajanan itu.

Menurut Gubernur, keberadaan bahan-bahan kimia berbahaya, seperti boraks, formalin, rodhamin, metanil yellow, serta bahan-bahan kimia lainnya dengan konsentrasi yang cukup tinggi pada jajanan akan merusak sistem syaraf maupun pertumbuhan fisik anak secara permanen.

"Kita tidak perlu kaget bila suatu saat kita akan memasuki satu fase lost generation," kata Gubernur.

Oleh karena itu ia berharap pengawasan terhadap makanan mengandung zat kimia lebih mengedepankan pembinaan sehingga produk produk jajanan di sekolah dapat memenuhi standar kesehatan, terutama untuk anak anak.

"Saya juga berharap agar pengawasan oleh Gugus Tugas PJAS lebih mengedepankan pembinaan sehingga produk-produk jajanan di sekolah dapat memenuhi standar kesehatan, anak-anak layak mengonsumsinya, dan tidak mematikan para pengusaha jajanan yang sudah ada," katanya.

Penggunaan bahan kimia berbahaya pada jajanan di Indonesia memang sudah mencapai taraf menkhawatirkan. Ketua Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rachmat Sentika baru baru ini mengatakan kalau sekitar 68 persen jajanan anak di sekolah saat ini memiliki kandungan bahan kimia berbahaya. Bahan bahan tersebut diantaranya formalin, boraks, dan rhodamin.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement