REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, menegaskan sikap Indonesia terhadap kondisi di Suriah tetap sama dan konsisten. Menurutnya, sikap pemerintah Indonesia tidak berubah, meski di negara tersebut sedang mengalami krisis.
“Sejak awal konflik ini berkobar kurang lebih satu tahun lalu, Indonesia secara konsisten dan juga prinsipil, yaitu permasalahan di Suriah harus melalui dialog. Proses politik bukan melalui kekerasan apalagi kekerasan terhadap warga sipil,” katanya saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusumah, Kamis (31/5).
Pihaknya tetap mengecam aksi kekerasan yang dilakukan di Suriah terhadap warga negaranya sendiri. Tetapi, hal tersebut bukan berarti Indonesia lepas tangan dan menjadi tidak peduli terhadap Suriah. “Sebagai wujud dari kepedulian itu kita memberikan dukungan terhadap rencana enam point dari Kofi Annan," katanya.
Ia menegaskan dukungan Indonesia agar terciptanya kemerdekaan di Suriah bukan hanya secara politis, bahkan Indonesia telah menjadi bagian dari misi PBB untuk meninjau pelaksaan kemerdekaan itu. Beberapa bulan lalu, pihaknya telah memanggil duta besar Indonesia untuk Suriah ke Jakarta untuk menunjukkan sikap pemerintah Indonesia.
“Kita telah memanggil pulang duta besar kita di Damaskus ke Jakarta untuk menunjukkan bagian keprihatian kita terhadap perkembangan di sana,” katanya.
Pada pekan lalu, Suriah kembali mengalami krisis. Hal tersebut dipicu adanya pembunuhan besar-besaran di Houla. Peristiwa itu menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 49 orang anak. Kelompok milisi pendukung Presiden Assad antara lain disebut-sebut melakukan pembunuhan tersebut. Banyak negara mengutuk keras aksi tersebut dengan melakukan pengusiran kepada duta besar Suriah di negara bersangkutan.